Mohon tunggu...
Anik Meilinda
Anik Meilinda Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat air putih

Hamba Allah yang ingin bermanfaat bagi semesta.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Tinggalkan Pekerjaan Demi Kaktus

25 Februari 2021   23:21 Diperbarui: 26 Februari 2021   13:54 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  • Meninggalkan pekerjaan sebagai apoteker demi fokus berbisnis tanaman hias utamanya kaktus.
  • Selama pandemi mengalami peningkatan omset sebanyak 3 kali lipat
  • Tak sekedar menjual tanaman, ia pun mengonsep tempat jualannya senyaman dan se-instragramable mungkin.
  • Pembeli disuguhi paket lengkap dengan pachaging imut menggunakan kartu ucapan, dan paper bag sebagai wadahnya.

Segala sektor terdampak pandemi, tak terkecuali sektor ekonomi. Bertolak belakang dengan pengusaha kebanyakan, pebisnis tanaman hias justru mengalami ledakan omset hingga 3 kali lipat. Ketika ditanya omsetnya bagaimana, "Sudah tidak meningkat lagi, tapi meledak," jelasnya.

Khaerul Huda (29) seorang pebisnis muda asli Salatiga ini menekuni dunia perkaktusan sejak tahun 2018. "Saya mulai serius dan resign dari pekerjaan, lalu serius mengonsep sejak 1 Suro 2 tahun lalu."

Harga yang ditawarkan sesuai dengan jenis, bentuk, dan ukuran. Mulai dari belasan ribu hingga jutaan rupiah. Saat ini terdapat beragam jenis tanaman hias yang dapat mempercantik pekarangan maupun ruangan di rumah salah satunya kaktus.

Pekerjaannya sebagai apoteker mantap ia tinggalkan demi bergelut dengan kecintaannya kepada tanaman, terutama kaktus. Pepatah "Dari mata turun ke hati" bisa dikatakan alur cerita lelaki asli Salatiga ini cinta kepada kaktus. Berawal dari kerap melihat kaktus di daerah Kopeng yang notabene kerap ia lalui ketika jaman kuliah dulu, kelucuan dan keimutan kaktus berhasil membuatnya jatuh hati.

Tahun 2016 menjadi awal kecintaannya kepada kaktus. Namun, bak gayung tak bersambut. Kaktus yang ia rawat kerap berakhir dengan mati. "Dulu, beli awalnya 3, coba nanem, abis itu mati. Mati satu, mati semua. Sebulan mati," katanya. Usut punya usut, barulah ia paham, ternyata kaktus itu tidak memerlukan banyak perhatian.

"Ya kan awalnya saya belum dapet edukasinya. Katakanlah saya belum dapet edukasinya. Saya cuman tertarik. Ih kok lucu. Tuku ah. Gitu kan. Njajal ngrawat. Trus nyoba mati. Nyoba taroh sana, taroh snaa, taroh sini, mati lagi. Iki sing bener piye sih? Gitu kan. Akhirnya beli lagi. Beli lagi" beli lagi. Nyoba" mati. Gini eksperimen motong, mulai belajar nyambung, mulai belajar stek batang, stek ini motong, memperbanyak. Akhirnya Barulah ternyata Cuma diaroh gt aja tumbuh. Yang dirawat-rawat setiap hari, yang disayang-sayang malah ilang," jelasnya antusias.

Kesehariannya sebagai apoteker cukup menyita waktu, sehingga kaktus hanya ia jadikan hiburan saja. "Kok kelihatannya lucu. Ya sudah beli aja." Tak pernah sekalipun berpikir untuk membudidayakan atau menjadikannya lahan berbisnis. Lama-kelamaan, ia mulai bisa merawat bahkan menanam kaktus sendiri. "Ternayata asik juga," jelasnya.

2017, ia mulai mengumpulkan kaktus-kaktus di samping rumahnya. Ia juga kerap memotretnya lalu dijadikan storydi instagram. Nah, dari story-story itulah tak jarang, teman-temannya me-reply dan menanyakan harga dan ingin membelinya.

Bermula dari kerap melihat gambar di Pinterest, ia sadar bahwa kaktus memiliki scene of art ketika diletakkan di meja, atau dijadikan hiasan. Mulailah ia menggunakan kamera yang baru ia beli untuk memotret. Tanpa disangka, story-story-nya di Whatsapp dan Instagram menarik banyak orang dan kerap kali mereka bertanya harga. Padahal, ia masih eman-eman jika kaktus miliknya dibeli. "Pertama kali jual itu kan gelo. Ya Allah gustii. Sayang aja dibeli, wong kita yang selama ini merawatnya," jelasnya.

2018, tepatnya 1 Sura, atau di tahun baru Hijriyah. Ia memantabkan diri untuk resign dan fokus mengembangkan hobinya ini. Bersama adiknya, ia konsep dagangannya agar tak hanya sekadar berdagang. Di saat kebanyakan penjual, hanya menjual kaktus saja. Ia menyediakan paket lengkap, konsep jualan yang membuat pelanggan nyaman, tempat yang instagramable, dan packing yang unik adalah membuatnya berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun