Mohon tunggu...
Meilinda Anjarsari
Meilinda Anjarsari Mohon Tunggu... -

Cinta tidak menyadari kedalamannya dan terasa saat perpisahan pun tiba. dan saat tangan laki-laki menyentuh tangan seorang perempuan mereka berdua telah menyentuh hati keabadian ‪#‎Kahlil‬ Gibran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Salah Siapa?

1 Februari 2019   20:30 Diperbarui: 1 Februari 2019   20:46 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurutmu apakah pendidikan itu penting? Pertanyaan sederhana tersebut tentu memiliki beragam jawaban dengan alasan-alasan yang menyertainya. Masyarakat kota menganggap pendidikan merupakan hal sangat penting bagi keberlangsungan hidup. Namun sebaliknya, bagi masyarakat di desa, pendidikan bukanlah menjadi prioritas yang utama.

Saat masyarakat kota berebut masuk ke sekolah favorit dengan menghalalkan berbagai cara mulai dari manipulasi kebijakan sampai korupsi pendidikan ada kondisi berbeda di pedesaan. Untuk apa sekolah dengan membuang-buang rupiah kalau ujung-ujungnya pun yang dicari adalah rupiah?. Tanpa perlu menggadaikan ijazah masyarakat di desa tetap bisa mengisi perut, membuat tempat tinggal dan bahagia bersama keluarga. Ya, karena di desa semua tersedia.

Ada yang bilang, namanya kota dan desa ya beda alias tidak bisa disamakan. Dari segi mana-mananya pun beda, kebutuhannya, sosialisasinya, latarbelakangnya, fasilitasnya, ya pokoknya semua beda.

Di sini terjadi ketimpangan yang bahkan pemerintah pun menyadarinya. Salahkah sistem pendidikan kita sehingga tidak menyentuh masyarakat secara keseluruhan? Salahkah sumber daya manusia kita sehingga banyak masyarakat yang tidak tertarik untuk sekolah?

Kita yang pernah mencicipi bangku sekolah dasar pasti tahu bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan memupuk karakter mulia pada setiap insan. Setiap hari senin, dibawah terik matahari rangkaian kata tersebut selalu digaung gaungkan dengan tujuan para murid mengerti cita-cita mulia pendiri bangsa ini.

Fenomena yang terjadi saat ini adalah murid akan bersorak gembira saat ada guru yang tidak masuk sekolah, nyaringnya ucapan Alhamdulillah saat bel istirahat atau pulang sekolah terdengar, kebiasaan mencoret-coret pakaian saat lulus sekolah dan masih bayak lainnya.

Selama di kelas apakah murid-murid tidak dimanusiakan sehingga mereka perlu merayakannya saat keluar kelas. Ternyata memang bukan tanpa alasan mengapa banyak pemikir yang menyatakan pendidikan nasional memang masih jauh dari yang diharapkan, baik dalam segi administrasi, proses, dan tentu saja ouputnya.

Senada dengan Yusuf Tri Herlambang yang mengatakan bahwa secara filosofis pendidikan telah kehilangan jiwa sejatinya untuk dapat memanusiakan manusia.

Di sini saya tidak ingin menyalahkan siapa-siapa, namun jika memang ada yang salah dari system pendidikan kita, para pelaku pendidikanlah yang tau dan hendaknya untuk segera memperbaiki. Dimulai dari kelas bagi yang terlibat langsung di sekolah formal dan informal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun