Mohon tunggu...
Meilien Mocharom
Meilien Mocharom Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

///

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemikiran Para Sosiolog Klasik: Marx dan Durkheim

10 September 2022   02:00 Diperbarui: 10 September 2022   02:03 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karl Marx. Sumber Gambar: GettyImages.

Karl Heinrich Marx (5 Mei 1818 -- 14 Maret 1883)

Dialektika pemikiran Marx berupa dialektika materi, yaitu kenyataan yang berkembang melalui proses dialektika, di mana dunia ide (kesadaran) merupakan perwujudan dari dunia realitas. Dialektika Marx kemudian melahirkan pemikiran tentang Materialisme Historis dan Materialisme Dialektis.

Materialisme Historis merupakan intrepretasi mengenai kehidupan masyarakat berdasarkan landasan materi. Menurut Marx, "Bukan kesadaran manusia yang menentukan keadaan mereka, tetapi sebaliknya, keadaan sosial mereka-lah yang menentukan kesadaran mereka".  Menurut Marx, sejarah manusia itu adalah sejarah perjuangan kelas. Pelaku utama perubahan sosial adalah kelas-kelas sosial (bukan individu), sehingga akan selalu ada kelas-kelas yang berkuasa (borjuis) dan kelas-kelas yang dikuasai (proletar) dalam sejarah kehidupan masyarakat.

Sedangkan Materialisme Dialektis merupakan interpretasi atas segala fenomena alam yang terjadi berdasarkan landasan materi. Materialisme mengakui bahwa kenyataan berada di luar persepsi kita tentangnya, sehingga kenyataan obyektif adalah penentu terakhir terhadap ide. Marx meyakini bahwa kebudayaan akan mengalami kemajuan hingga menciptakan masyarakat tanpa kelas (komunis).

Marx memahami masyarakat dengan kerangka struktur yang meliputi Suprastruktur (Sosial, Politik, Budaya, Filsafat, Agama, Kesenian, Pendidikan) dan Infrastruktur (Ekonomi). Manusia dalam pemahaman Marx merupakan subjek sekaligus objek. Menurutnya, masyarakat merupakan entitas materi dari formasi sosial dalam mode produksi yang khas.

mile Durkheim. Sumber Gambar: GettyImages.
mile Durkheim. Sumber Gambar: GettyImages.

David mile Durkheim (15 April 1858 -- 15 November 1917)

Dalam pandangan Durkheim, sosiologi pada dasarnya adalah ilmu dari kajian analisis tentang fakta sosial. Fakta sosial dapat dilihat dalam struktur sosial (social structure) dan institusi sosial (social institution). Durkheim menempatkan fakta sosial sebagai sasaran kajian sosiologi yang harus melalui kajian lapangan (field research) bukan dengan penalaran murni. Kemudian Durkheim membagi fakta sosial menjadi dua, yaitu fakta sosial material dan fakta sosial non-material.

Fakta sosial material yaitu sesuatu hal yang dapat disimak, ditangkap dan diobservasi, yang merupakan bagian dari dunia nyata (external world) yang mengatur individu. Fakta sosial material meliputi masyarakat, komponen struktur masyarakat seperti gereja dan negara, serta komponen morfologi masyarakat seperti distribusi penduduk, dll. Sedangkan fakta sosial non-material merupakan sesuatu yang dianggap nyata (external) dan merupakan fenomena yang bersifat inter-subyektif yang hanya dapat muncul dari dalam kesadaran manusia. Fakta sosial non-material terdiri dari norma, nilai-nilai, moralitas, kesadaran kolektif, representasi kolektif, peristiwa-peristiwa sosial dan budaya pada umumnya.

Dalam karyanya yang berjudul "The Division of Labor in Society", Durkheim menganalisis pengaruh, fungsi, kompleksitas serta spesialisasi pembagian kerja (division of labour) dalam struktur sosial dan perubahan yang diakibatkannya dalam bentuk-bentuk pokok solidaritas sosial. Solidaritas sosial merupakan suatu keadaan relasi antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Menurut Durkheim, pembagian kerja membuat suatu perubahan dalam struktur sosial dari solidaritas mekanik ke solidaritas organik.

Durkheim berpendapat bahwa bunuh diri adalah fakta sosial dalam dirinya sendiri. Ia menjelaskan bahwa bunuh diri sebagai manifestasi kekuatan pemaksa eksternal dan dengan demikianlah bunuh diri dapat dianalisis dengan sosiologi. Terdapat empat jenis bunuh diri menurut Emile Durkheim, yaitu bunuh diri egoistik, altruistik, anomi, dan fatalistik.

  • Bunuh diri egoistik yaitu bunuh diri yang terjadi ketika kurangnya integrasi, yaitu tidak cukup terhubungnya individu dengan orang lain. 
  • Bunuh diri altruistik yaitu bunuh diri yang terjadi karena terlalu kuatnya integrasi. 
  • Bunuh diri anomi yaitu bunuh diri yang terjadi ketika peraturan terlalu lemah, sehingga regulasi dan standar menjadi kurang penting dan mengakibatkan individu menjadi semakin kabur dan kehilangan norma yang ada di masyarakat. 
  • Bunuh diri fatalistik yaitu bunuh diri yang terjadi karena peraturan yang ada dalam masyarakat terlalu kuat (berlebihan) sehingga mengakibatkan kehidupan sosial masyarakat sangat diatur, kontrol sosial yang sangat ketat, dan standar dalam masyarakat terlalu tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun