Mohon tunggu...
Meil Eka
Meil Eka Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PPG CALON GURU GEL.2 2024

Anak pertama, kece, keren dan rawr

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Dari Anime "Mairimashita! Iruma Kun" Kita Bisa Belajar Pembelajaran Berdiferensiasi

31 Desember 2024   12:32 Diperbarui: 31 Desember 2024   12:32 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Iruma Kun di Sekolah Babyls (Sumber: https://asset-2.tstatic.net/style/foto/bank/images/anime-welcome-to-demon-school-iruma-kun.jpg) 

Setiap orang adalah guru, setiap tempat adalah sekolah. Kalimat legenda ini juga berlaku pada seni dan budaya yang terus tumbuh di Masyarakat. Dari Bahasa kromo alus kita belajar kelembutan dan tata krama. Dari batik kita belajar keindahan dan nilai yang tersingkap dalam bentuk visual. Dari wayang kita belajar cerita psikososial dan nilai-nilainya. Terlepas dari budaya yang kaya dari Bangsa Indonesia, belajar lintas negara juga turut menambah wawasan dan luasnya sudut pandang. Salah satunya belajar dari animasi khas dari Negara Jepang, anime. Dari data penggemar anime versi google, Indonesia menyumbang dua kota besar sebagai penggemar anime (Yamane, 2020). Anime Mairimashita Iruma Kun karya Osamu Nishi yang terdiri dari 3 season ini menggambarkan kehidupan Sekolah Iblis Babyls. Sistem, kurikulum dan kegiatan di Sekolah Iblis Babyls ini kiranya dapat menambah gambaran implementasi pembelajaran inklusif yang berdiferensiasi.

Tokoh utama pada kisah ini adalah Iruma Kun, manusia dengan latar belakang keluarga dan lingkungan yang memanfaatkan dirinya dengan dalih "minta tolong". Pada episode pertama, digambarkan Iruma Kun yang dimanfaatkan orang tuanya ini ternyata dijual kepada Kepala Sekolah di alam Iblis yang mendambakan cucu laki-laki. Cerita ini kemudian berlanjut pada dinamika kehidupan Iruma Kun di Sekolah Iblis Babyls Bersama teman-teman abnormalnya. Berikut ringkasan yang kiranya bisa diaplikasikan dalam Upaya implementasi pembelajaran berdiferensiasi.

Pertama, keberagaman potensi dan latar belakang peserta didik. Sebagai seorang iblis, sihir yang menjadi potensi mereka sangat berragam. Beberapa yang mungkin aneh adalah sihir bermain game, sihir merayu dan juga sihir mengembalikan trauma musuh. Beberapa sihir mungkin terkesan lemah dan tidak berdaya apabila bertemu dengan musuh yang lebih kuat. Tetapi guru dan rekan sebaya di Sekolah Iblis Babyls mencoba untuk mengembangkan sesuai kemampuan dengan upaya kolaborasi dan tim.

Kedua, kegiatan berragam peserta didik yang membebaskan kognitif. Pada season pertama, peserta didik ditantang melewati lembah sebagai bentuk asesmen diagnostik. Sebab mengenal peringkat berdasar kemampuannya, berbagai kegiatan diadakan dalam rangka ujian kenaikan peringkat. Seperti Pesta Batra dan Festival Panen, Iruma Kun dan teman kelas abnormalnya dituntut berburu poin di hutan sebagai praktik pembelajaran yang telah dipelajari sebelumnya selama 3 hari berturut-turut.

Ketiga, peran wali kelas. Kelas abnormal dianggap sebagai penampungan siswa bermasalah sehingga sering diremehkan. Sehingga kelas ini diampu oleh wali kelas dengan sifat kejam, pendendam dan dingin yaitu Naberius Kalego. Kalego sensei dengan karakter antagonis ternyata penuh perhatian dengan peserta didik di kelasnya. Dibuktikan pada momen visitasi ke rumah masing-masing peserta didik, ternyata Kalego memiliki buku catatan khusus tentang siswanya. Buku itu mencakup tentang latar belakang, potensi, dan juga perkembangan selama belajar di Babyls. Meski terkesan kejam Kalego sering menuntut peserta didiknya untuk melakukan hal yang tidak mungkin. Namun berkat tuntutan ini, mereka dapat berkembang melampaui ekspektasi siapapun.

Dari banyak pelajaran yang dapat diambil dari rangkaian cerita Iruma Kun sebagai seorang manusia yang bersekolah di Babyls, dirinya merasa keberadaannya diakui. Rasa yang tak pernah ia temukan Ketika dirinya bersekolah di alam manusia. Seringkali manusia mungkin lebih menakutkan dari Iblis, dan sebaliknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun