Dear Ahok,
Apa kabar lo hari ini?
Gw mo cerita Hok. Beberapa minggu lalu, gw sekeluarga, di tengah acara jalan-jalan weekend, mampir ke sebuah Gereja untuk menunaikan ibadah shalat Ashar. Lokasinya di suburb Punchbowl, New South Wales, Australia.
Hah? Shalat kok di Gereja?
Iya sumpe Hok. Itu gedung gereja dengan arsitektur khas gereja. Tapi… karena sepi pengunjung lalu disewakan ke komunitas muslim dan difungsikan sebagai masjid.
Di Australia dan Eropa, cukup banyak gereja yang sepi pengunjung lalu dikonversi menjadi masjid. Di Perancis, selama dekade 2002-2012, jumlah masjid naik 2x lipat menjadi 2000 bangunan. Sementara dalam periode yang sama hanya dibangun sekitar 20 gereja Katolik dan total sekitar 60 gereja ditutup atau dikonversi menjadi masjid. Di Jerman terdapat total 200 masjid, 2600 mushala dan tak terhitung banyaknya masjid/mushala tak resmi, sementara sejak tahun 2000 sudah sekitar 500 gereja ditutup, plus 700 gereja lagi menunggu giliran ditutup.
Data lebih lengkap bisa diintip di: www.gatestoneinstitute.org
Berita-berita semacam ini susah nyampenya ke Indonesia ya Hok. Yang viral dan heboh paling-paling seputar rencana pelarangan burkini di Perancis atau curhat mahasiswi Indonesia yang diharuskan buka jilbab di airport Italy (di ruang tertutup di hadapan petugas wanita, catet!).
“Lha kok bisa ya pemerintah negara-negara “kafir” itu membiarkan Islam berkembang pesat di negaranya?” tanya si Otong di pojokan.
Jadi gini ya Tong. Prinsip utama pelayanan publik adalah ADIL. Jadi bagi para pejabat negara-negara “kafir” itu, kalau jumlah practicing Christian menyusut sementara jumlah practicing Muslim meningkat pesat, ya dibangunlah masjid baru atau konversi saja gereja kosong jadi masjid.
Sesederhana itu Tong.