Tema freez kali ini sepertinya lumayan menarik. Kebetulan di tempat kerja ada teman yang baru menikah sebulan yang lalu curhat ke saya. Dia bilang istrinya akhir-akhir ini berperilaku tak seperti biasanya. Semua permintaan harus dituruti. Permintaan-permintaan yang diajukan istrinyapun sangat tak masuk akal untuk bisa dipenuhi. Mulai sering merasa mual dan muntah juga. Saya jawab dengan singkat dan sok tahu, "istrimu ngidam". Dan saya langsung teringat dengan obrolan freez minggu ini. Hehe.
Hampir sebagian orang yang pernah hamil pasti mengalami gejala-gejala yang sering disebut dengan istilah ngidam. Gejala ngidam berbeda-beda. Ada yang merasakan mual pada bulan-bulan pertama kehamilan, bahkan sampai masa melahirkan. Seorang teman bahkan sampai harus di rawat beberapa hari di rumah sakit karena tubuhnya tak bisa menerima asupan makanan. Bawaannya selalu mual dan muntah setiap mencium bau makanan. Jalan satu-satunya yang bisa diambil, ya diinfus. Ada lagi teman yang tak bisa mencium bau sabun mandi. Setiap mencium bau sabun, muntah. Alhasil dia tak pernah pakai sabun saat mandi. Mengenaskan sekali. Seorang teman lagi bahkan suka sekali dengan bau asap rokok. Wah, aneh. Tapi nyata.
Saat pertama kali hamil, sama seperti ibu muda lainnya saya penasaran sekali dengan momok ngidam. Tapi beruntungnya saya tak mengalami mual-mual seperti kebanyakan ibu hamil lainnya. Saya beraktifitas seperti biasanya. Makan minum lahap dengan nikmatnya, mengajar di kampus naik turun tangga, dan aktifitas lainnya saya jalani dengan aman dan nyaman. Kebetulan juga saat itu ada mahasiswa saya yang hamil. Sering tak masuk kuliah karena harus opname berkali-kali di rumah sakit. Alasannya ngidam. Apa iya sebegitu gawatnya masalah ngidam itu? Saya masih belum bisa memahaminya.
Tiba masuknya bulan ke empat kehamilan, saya mulai menemukan titik temu. Saya mengalami ngidam! Wow.
Begini ceritanya. Siapa tak kenal bakso, mau bakso ikan atau bakso daging sama nikmatnya. Saya pun lumayan gandrung dengan makanan satu ini. Ngeri dengan berita di tv tentang maraknya bakso yang mengandung zat berbahaya, saya coba buat bakso sendiri. Mudah sekali. Tinggal giling daging, campur bumbu dan tapioka, lalu buat bulat-bulat diatas rebusan air. Jadilah bakso. Aman, tanpa bahan berbahaya. Lumayan banyak bakso yang saya buat saat itu. Daging 2 kilo saya campur dengan tapioka seperempat kilo. Pokoknya rasanya ga kalah dengan bakso-bakso dagangan. Hobi makan bakso pun saya jalani dengan khusuknya. Bahagia terasa tiap buka freezer. Bola-bola itu terlihat sangat menggairahkan, hehe. Saat itu saya berpikir, sepertinya inilah jenis ngidam saya. Tergila-gila pada bakso. Bangga sekali rasanya saat itu. Menjadi bagian dari ibu hamil yang mengalami ngidam. Hehe.
Beberapa hari berlalu. Saya mulai merasakan keanehan. Saya tak lagi hobi buka kulkas. Saya benci bakso. Membayangkan bulatan-bulatan bakso saja saya bisa muntah tak henti, apalagi mencium bau bakso. Oh tidak! Ternyata ngidam saya berbalik arah saudara saudara. Dan akhirnya, atas inisiatif suami, bakso-bakso dalam kulkas pun pun saya hibahkan ke sanak saudara. Sepertinya saat itulah sebenar-benarnya ngidam yang saya alami. Benci bakso. Untunglah untuk jenis makanan lain saya tetap lahap. Jadi tak terlalu jadi masalah kalau hanya harus meninggalkan bakso.
Masuk bulan ke tujuh kehamilan, tiba-tiba saja kebencian saya terhadap bakso mulai hilang. Saya mulai jatuh cinta lagi. Lebih dan lebih. Ibaratnya seperti orang yang baru sembuh dari sakit, kata orang jawa, saya kemaruk makan bakso. Hehe.
Percaya atau tidak, masa-masa kehamilan memang sungguh aneh. Terlebih bagi yang mengalami ngidam. Ada banyak versi ngidam yang terjadi. Terkadang menyenangkan. Sering juga menjadi beban jika kebetulan mengalami ngidam yang menyakitkan. Paling tidak saat seperti itu membuat hubungan dalam rumah tangga lebih hangat. Bagaimana tidak, suami manapun pasti lebih memperhatikan kondisi istri saat hamil. Siapa sih perempuan di dunia ini yang tidak senang diperhatikan suami? Hehe.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H