Mohon tunggu...
Meike Lusye Karolus
Meike Lusye Karolus Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP di Universtitas Hasanuddin Makassar. Tulisan yang lain dapat dilihat di www.meikemanalagi.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Single Ladies dan Pilihan

13 Agustus 2010   12:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:04 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

" Jika Kamu adalah orang yang luar biasa maka jalan hidupmu pun tidak biasa " ( Meike Lusye Karolus )

Dalam menjalani kehidupan, manusia harus mengalami jatuh bangun. Jika kamu tidak pernah jatuh maka kamu tidak tahu bagaimana rasanya sakit. Jika kamu tidak pernah merasa sakit bagaimana kamu tahu rasanya bahagia? Seperti bianglala yang berputar, manusia memiliki siklus hidupnya. Lahir, bertumbuh, menua, dan akhirnya mati. Sama seperti semua makhluk ciptaan lain. Sama seperti segala tumbuhan dan hewan. Lalu apa yang membedakan manusia dengan tumbuhan dan hewan? Bukankah kita sama-sama makhluk hidup. Namun, mengapa hanya manusia yang dikatakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia ? Manusia memang banyak memiliki perbedaan dengan hewan maupun tumbuhan. Dilihat secara fisik pun tidak mungkin sama. Manusia memiliki akal budi. Memiliki karya, cipta, dan karsa. Rasa estetik dalam mengapresiasi sesuatu. Dan yang terpenting kita memiliki anugerah dari Tuhan yaitu kehendak bebas. Itulah sebabnya mengapa orang-orang sering mengatakan "Hidup itu pilihan..." ada juga yang bilang "Dalam hidup terdapat banyak pilihan" atau lebih ekstrim "Hidup itu adalah pilihan-pilihan.." Karena pada kenyataannya, hidup yang kita jalani memang dipengaruhi dengan pilihan-pilihan yang kita ambil. Lalu apa hubungan menjadi Single Ladies dengan pilihan-pilihan ini atau bahkan hidup itu sendiri ? Perempuan selalu punya "daftar pencapaian" dalam hidupnya. Kita punya banyak impian kan? Sejak kecil pun kita dinina-bobokan dengan dongeng-dongeng merah muda yang manis. Dongeng-dongeng yang tanpa sengaja mempengaruhi pemikiran kita. Perempuan punya "list" khusus selain ambisi dan cita-citanya untuk menjadi orang yang sukses atau mapan. Dan yang menempati posisi "kadang menjadi prioritas, kadang juga tidak" tetapi selalu ada yaitu masalah pasangan hidup. Saya banyak menemui perempuan-perempuan cerdas, sukses, dan mandiri di luar sana. Ada yang memiliki jabatan penting dalam suatu instansi atau bahkan peranan penting dalam sebuah organisasi. Mereka selalu terlihat "strong" dan elegan. Sayangnya, bisa dihitung dengan jari yang sudah menemukan pasangan hidupnya. Mereka tercipta menjadi independent woman. Apakah itu terjadi karena sudah ditakdirkan demikian? Tidak juga. Itu tergantung pada pilihan yang mereka ambil. Mereka punya pilihan untuk menerima dan menolak. Ada yang akhirnya bersanding. Di lain sisi, ada yang masih menunggu dengan kesabaran yang terus diuji. Karena saya masih kuliah, saya lalu mengambil contoh dari kehidupan saya dan orang-orang disekitar saya. Urusan percintaan ini memang terdengar remeh-temeh. Tapi pengaruhnya besar. Seperti nila yang bisa merusak susu sebelanga. Jangan menyepelekan masalah hati. Masalah hati bisa mempengaruhi seseorang di masa depan. Jangan juga tenggelam dalam masalah hati karena bisa saja menghambat untuk maju dan bergerak. lalu apa yang harus dilakukan bagi para Single Ladies ? Semua itu tergantung pada pilihan yang ada di depan mata kita. Ada yang mendekat namun yang diingankan menjauh. Rumit juga jika seperti itu dan sampai sekarang saya masih mencari tahu jawabannya. Karena ternyata pilihan-pilihan itu juga tidak mudah untuk dipilih. Jika kau ingin seperti perempuan kebanyakan yang hidupnya dihantui ketakutan dan kekhawatiran akan percintaan, kau dengan mudah bisa menerima siapa pun yang datang. Jika Kau ingin mendapatkan yang terbaik maka jangan berharap pada apa yang ada. Bukan memasang standar terlalu tinggi tentunya. Tetapi, lebih berserah kepada-Nya. Karena Dia lebih tahu yang terbaik dan sudah merencanakan sesuai waktunya. Itu semua tergantung pada pilihan yang diambil. Bukankah kita makhluk yang memiliki kehendak yang bebas ? " Jika aku adalah tanah liat, lalu hendak dijadikan asbak, tentu berbeda dengan jika aku hendak dijadikan sebuah patung besar yang mau dipajang di istana raja. Proses yang akan aku lewati lebih sulit, lebih panjang, dan lebih menyakitkan. Hanya setelah aku "jadi" aku akan mengerti betapa jenius rencana-Nya untukku ( Kuning - Agnes Jessica, hal 506 ) di sebuah lapangan yang terbuang di Unhas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun