Mohon tunggu...
Meike Juliana Matthes
Meike Juliana Matthes Mohon Tunggu... Freelancer - Mencintai alam, budaya, dunia literasi, dan olahraga

Menghargai perbedaan

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Olimpiade Paris 2024: "Laicite, Hot Temperature, and Double Price"

3 Agustus 2024   20:57 Diperbarui: 5 Agustus 2024   10:56 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menara Eiffel saat Olimpiade Paris 2024 (dokumen pribadi) 

Terlepas dari Upacara Pembukaan Olimpiade Paris 2024 yang dianggap cukup kontroversial dan membuat banyak kalangan gerah sehingga menganggap itu adalah upacara pembukaan olimpiade terburuk sepanjang sejarah, aku dan anakku tetap ingin pergi kesana untuk inti dari pesta olahraga itu, yaitu menikmati dan mendapatkan semangat olahraga dunia. Hanya itu, tidak lain!

Ya, suguhan pada upacara pembukaan kemarin yang dimaksudkan panitia untuk menjadi suguhan yang elegan dan berseni malah dianggap sebaliknya bagi banyak kalangan.

Bagi orang-orang Prancis sendiri banyak yang menganggap bahwa acara itu membuat dunia tidak bisa menangkap pesan apa yang ingin disampaikan Prancis kepada masyarakat dunia.

Sejarah Prancis yang ditampilkan membuat orang malah bikin bingung. Misalnya dengan adegan Marie Antoinette dengan leher terpancung dan kepalanya ditenteng sambil berdiri. Ditambah adegan yang diambil dari lukisan "Feast of The Gods" karya Johann Rottenhammer dan Jan Breugel dan terlihat seperti "The Last Supper". 

Tapi Prancis seperti bukan Prancis kalau tidak menampilkan yang kontroversial. Bagi Masyarakat dunia yang tidak biasa dengan cara ini, atau bahkan bagi masyarakat Prancis sendiri, dan banyak yang tidak setuju, menganggap bahwa cara ini adalah tindakan berekspresi yang kebablasan.

Aku ber-chating dengan seorang sahabat dekat yang teman dekatnya seorang berkewarganegaraan Prancis pada saat pembukaan acara Olimpiade itu. Kita berbincang online dan dia mengatakan bahwa temannya itu menganggap acara itu tidak ada bagus-bagusnya sama sekali malah buruk. 

Prancis menganut motto Liberté, Égalité, Fraternité atau kebebasan, persamaan, dan persaudaraan. Ini adalah prinsip penjabaran dari prinsip kemasyarakatan Prancis yaitu Laïcité yang berarti pemisahan total agama dari ruang publik atau dikenal dengan sekularisme misalnya pemisahan gereja dari negara. 

Di Prancis dilarang mengambil sumpah para pejabat negara dengan kitab suci, membuat hukum dengan acuan agama, menampilkan pakaian, simbol yang khas dari suatu agama, misalnya tidak diperbolehkan menggunakan kalung bersimbol salib ke sekolah, membuat acara Natal di sekolah umum kecuali sekolah Kristen, dll.

Sejarah Laïcité yang merupakan dasar falsafah sekularisme Prancis berakar sejak Revolusi Prancis 1789-1799. Itu berhasil memisahkan gereja dan negara lebih dari 100 tahun yang lalu, menjadi Prancis modern. Monarki runtuh dan rezim gereja yang berperan penting dalam melegitimasi kekuasaan raja digugat. Demokrasi liberal dan sekularisme kemudian tumbuh di negeri itu. 

Terlepas dari sejarah perancis, acara pembukaan yang dianggap kontroversial, rangkaian kegaduhan di negeri itu dari waktu ke waktu, Paris di mataku (ini anggapan pribadi) masih tetap kota tua yang terbentuk berabad-abad lamanya yang tetap menyimpan keindahan dan keromantisan: Eiffel, Sungai Seine, Lampu-lampu jalan yang bercahaya hangat, Museum Louvre, gang-gang kecil dengan Coffee-House berlampu temaram. Kota yang "tidak bersalah" atas kegaduhan yang terjadi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun