Setelah kasus Kopi Sianida yang merenggut nyawa Wayan Mirna Salihin pada 2016 kemudian diadaptasi ke dalam bentuk film dokumenter oleh Netflix dengan judul Ice Cold: Murder, Coffee And Jessica Wongso, membuat kasus ini muncul lagi di permukaan.
Seperti yang kita ketahui setelah rentetan pelaksanaan sidang yang cukup panjang karena tidak adanya bukti langsung yang bisa menyeret Jessica Kumala Wongso ke penjara, akhirnya pengadilan tetap menjatuhkan hukuman 20 tahun penjara bagi Jess, nama panggilan terdakwa yang juga adalah sahabat korban, Mir.
Sejak saat kasus itu disidangkan sampai sekarang, ada beberapa isu yang diperbincangkan, mengenai teori-teori motivasi pembunuhan Mirna. Mulai dari teori konspirasi bahwa pembunuhan tersebut direncanakan agar dana asuransi Mirna bisa cair. Seperti yang diberitakan CNN pada 2016, pengacara Jessica lainnya yakni Yudhi Sukitno Wibowo yang pernah menyebut Mirna memiliki uang asuransi jiwa senilai US$ 5 juta di luar negeri, atau setara Rp. 69 miliar, isu tentang Jessica yang bisa saja iri pada Mirna, atau isu bahwa Jessica dan Mirna menjalin hubungan sesama jenis.
Dalam tayangan Kompas TV 2016, Racun di Ujung Lidah. Acara yang dipandu Aiman, dalam wawancaranya dengan ayah Jessica, Edi Darmawan Salihin.
Lelaki itu menyebutkan bahwa dalam Whatsapp Mirna, dia menemukan chat dari Jessica kepada Mirna:
"Mir mau dong, gue dicium sama lu, sudah lama deh!“
Inilah awal yang membuat banyak orang bertanya-tanya apakah benar Jessica dan Mirna mempunyai hubungan special.
Dikutip dari wawancara itu:
“Bapak pertama-tama kali juga mencurigai, jangan sampai anak Bapak sama..., mohon maaf, juga mengalami penyimpangan karena ada kata-kata, sudah lama deh,” tanya Aiman.
“Iya, betul,” jawab Edi Salihin.
"Jangan-jangan pernah dilakukan sebelumnya,“ lanjut Aiman.
Tapi kemudian dilanjutkan lagi oleh ayah Mirna, "Tapi setahu saya Mirna itu nggak begitu.“
Dalam tulisan ini, saya akan mencoba melakukan telaah Lingustik pada kalimat/isi pesan Whatsapp di atas yang cukup bisa membuat orang bingung dan bertanya-tanya.
Seperti dilansir dari Ruang Bahasa Indonesia (www.indonesia.co.jp).
Dalam dialek Jakarta terdapat beberapa kata yang mempunyai ciri khas dan sering dipakai, misalnya: deh (dech), kok (ko’), sih (sich), dong (donk), dll.
Bagi penutur asing (ataupun local) yang mempelajari dialek Jakarta tidak dapat memahami dengan segera, terlebih lagi menggunakannya secara tepat. Pengajar pun kadang-kadang sulit menjelaskan pemakaian yang tepat dari kata-kata tersebut. Karena makna dan konteksnya bervariasi, perlu dijelaskan secara sistematis.
Penjelasannya akan ditinjau dari segi makna, fungsi, konteks, dan letak kata-kata tersebut.
Makna kata deh (dech)
Makna deh sama dengan kata jadi..
Contoh:
“Adduuh,ampuuunn! Brengsek-brengsek! Ancur deh semuanya…”
“Namanya Kodok sori,eh salah deh tuh,namanya Kadek..…..”
Fungsi deh (dech)
A. menghaluskan perintah dengan paksaan halus. Dalam hal ini deh adalah padanan partikel lah.
1. Konteks: verba +deh
Contoh:
“Ajak deh si Aya. Biar lebih seru….”
“Ya udah, kita foto-fotoin dulu deh.”
2. Konteks: aja deh (= sajalah)
Contoh:
“Ria, elo makan duluan aja deh. Aku belakangan.”
“Ah, males gua, nyuruh si Boncel aja deh ke warung.”
3. Konteks: ayuk (yuk, ayo) deh (= ayolah)
Contoh:
“Ayo deh, kita pergi barengan, nggak enak sendirian.”
“Yuk deh, Minah, Biar gue antarin pulang.”
4. Konteks: udah deh (= sudahlah)
Contoh:
“Udah deh jangan dipikirin, mendingan lupain aja.”
“Udah deh, nggak usah ladenin dia.”
Pada konteks di bawah ini, deh dapat dipisahkan dari udah.
Contoh:
“Udah biarin mereka ngegosip deh. Cuek aja.”
“Udah jangan ngajak temen cewek deh, berabe.”.
B. menguatkan unsur sebelumnya disertai kerelaan.
1. Konteks: frase (ungkapan) + deh
Contoh:
“Kalo ini memang kemauan kami, nggak apa-apa deh.”
“Kalo emang maunya lo gitu, yah, nggak apa-apa deh.”
2. Konteks: verba + deh
Contoh:
“Sebetulnya rugi, tapi kalo 50.000 rupiah, saya kasih deh!”
“Kalo elo sungkan nelepon dia biar gua yang nelepon deh.”
3. Konteks: adverbia + deh
Contoh:
“Yah, terpaksa deh gue jaga rumah.”
“Terpaksa deh, ongkos taksinya aku yang bayar.”
C. menyatakan penerimaan/persetujuan dengan terpaksa.
1. Konteks : adjektiva + deh
Contoh:
“Lumayan deh buat kenang-kenangan.”
“Lumayan deh, barang bekas juga masih bisa dipake.”
D. menguatkan dengan tujuan meyakinkan
1. Konteks: adjektiva + deh (= amat, sangat, …sekali)
Contoh:
“Iiih, kamu ini kecil-kecil udah geniiit, deeech!”
“Pokoknya malam ini hepi-hepi, deh.”
Pada konteks berikut deh bermakna sama dengan benar-benar.
Contoh:
“Aku cinta deh sama kamu.”
“Kayaknya Si Aya demen deh ama cowok Indo itu.”
2. Konteks: nomina + deh
Contoh:
“Kebiasaan deh, males bangun pagi.”
“Penyakit deh, suka isengin orang.”
3. Konteks: frase (ungkapan) + deh
Contoh:
“Pokoknya kayak gitu deh, kalo mo clubbing.”
“Sebodo amat deh tuh anak mo jadi apa.”
Letak deh di dalam kalimat :
a. pada akhir kalimat.
b. sesudah kata, frase atau kalimat yang ditegaskan.
c. tidak pernah pada awal kalimat atau di depan kata yang ditegaskan.
Melihat pembahasan makna dan fungsi kata, deh di atas maka pada pesan Jessica kepada Mirna:
"Mir mau dong, gue dicium sama lu, sudah lama deh!“.
Berarti kita mengarah ke pembahasan bagian D yaitu kata deh berarti menguatkan dengan tujuan meyakinkan. Hal ini bisa dilihat dari kata deh berada di akhir kalimat yang didahului dengan adjectiva kata lama (menurut KBBI adalah adjektiva).
Konteks: adjektiva + deh (= amat, sangat, …sekali)
“Iiih, kamu ini kecil-kecil udah geniiit, deeech!”
“Pokoknya malam ini hepi-hepi, deh.”
"Mir mau dong, gue dicium sama lu, sudah lama deh!“
Saya mencoba menyimpulkan dalam bahasa Indonesia baku:
"Mir, aku mau dicium sama kamu, sudah lama sekali!“
Konteks: adjektiva + deh (= amat, sangat, …sekali)
Ini bisa menunjukan bahwa Jessica sejak dulu ingin dicium Mirna. Ini bukan berarti mereka sudah pernah berciuman tapi keinginan Jessica untuk dicium Mirna.
Kalimat itu bisa bermakna sebenarnya bahwa Jessica ingin dicium ataupun bisa juga hanya sebagai ungkapan, bukan ingin dicium dalam arti spesial tetapi hanyalah dalam konteks persahabatan saat merasa berbahagia sekali. Misalnya, di saat sahabat baik kita melakukan sesuatu yang sangat berharga buat kita atau saat akan berjumpa lagi.
Misalnya pada kalimat yang bisa saja diucapkan orang Indonesia yang hidup di luar negeri, di saat sahabatnya mau datang mengunjungi dan akan membawakannya Rendang. Saking hepi-nya, dia berkata, "Aduh, pengen dech gue cium, Lu.”
Memang dari bahasa bisa menimbulkan banyak interpretasi atau tafsiran yang bisa membuat orang bingung, tidak paham atau bahkan bisa menarik kesimpulan yang belum tentu benar. Untuk menghindari hal itu maka diperlukanlah pengetahuan atau analisa tata bahasa yang baik.
Maksud dari tulisan saya ini adalah bahwa kita sebaiknya menghindari prasangka kepada orang lain. Dalam kasus ini, Jessica sudah menegaskan bahwa hubungan mereka dalam arti sahabat biasa, ayah Mirna juga menegaskan bahwa dia kenal anaknya dan dia tidak begitu, sedangkan Mirna sudah almarhum sehingga tidak bisa ditanya. Ini sesuatu yang harus kita hormati.
Jauhilah prasangka karena jika itu tidak tepat maka itu bisa menjadi dosa.
Dalam kasus Kopi Sianida Jessica-Mirna ini, masalah lingustik ini hanyalah sebagai referensi bukan masalah utama. Tapi dari hal seperti ini, kita bisa belajar untuk melakukan penelahaan tata bahasa dalam kehidupan sehari-hari sebelum kita mengambil kesimpulan.
Semoga ada yang bisa dipetik dari tulisan saya ini.
Kernen Im Remstal, 5 Oktober 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H