Awalnya saya mengernyitkan dahi ketika mendengar nama Maudy Ayunda, apa istimewanya? Akting pas pasan tidak sesuai karakter novel, suara nya pun ketika menyanyi terdengar sengau, meski tidak fals. Sebenernya itu jengkel yang dibuat-buat apalagi dulu tahu saya lebih tua tujuh bulan dibanding dia. Yang saya sesalkan adalah akting nya di perahu kertas yang kurang koplak dan semrawut seperti Kugy. Masih ada dinding-dinding jaim dalam perannya, padahal dengan wajah yang proporsional pembawaan ekspresi apapun secara total tetap tampak enak dilihat di raut mukanya.Â
Juga perannya di sang pemimpi yang seharusnya berjilbab namun ternyata di film tidak berjilbab, nah yang ini mungkin hanya rasa gondok saya pada masa SMA. Dan terakhir perannya di film Battle of Surabaya, sebagi dubber Maudy seharusnya membawakan sulih suara dengan logat medok suroboyoan yang natural. Bila Maudy memang seorang polygot yang bahkan memahami bahasa-bahasa asing dari negeri eropa yang berada jauh disana, tentu tidak mudah pula baginya mempelajari logat bahasa daerah jawa timur, mengingat Maudy sendiri masih memiliki keturunan jawa.
Di samping itu ketika muncul dalam wawancara dia tidak pernah koplak. Para jurnalis sangat respek pada sosok Maudy, jurnalis terlihat sungkan sekali menulis hal hal sensasional tentangnya. Walaupun saya juga tahu Maudy tidak pernah membuat gosip kacangan tentangnya di infotainment. Namun dari pihak infotainment sendiri selalu salut dengan Maudy ya bila dibandingkan dengan selebritas lain yang masih jarang menaruh totalitas pada pendidikan akademiknya.
Pada suatu kesempatan saya melihat dia menjawab pertanyaan dari wartawan dia terlihat jaim dan tidak melucu. Saya bertanya tanya apakah dia kehilangan sense of humor, bukankah orang cerdas selalu memiliki rasa humor yang mampu memancing orang tertawa.Â
Saya merasa Maudy mendapatkan dan mencuri semua keinginan dan mimpi mimpi saya dari kecil remaja hingga dewasa. Bermain di film film berkelas, menjadi model yang menarik, bisa memainkan musik, serta prestasi akademik yang tinggi. Ditambah wajah rupawan, aduhai gadis sebaya mana yang tidak iri pada nya.
Bila ditilik popularitas nya justru meningkat tajam pada tahun 2013 karena prestasi akademisnya yang mampu menembus Oxford University dan mengambil jurusan PPE (philosopy, political,and ,economic) yang juga salah satu jurusan terbaik di kampus bergengsi di dunia tersebut. Menelisik ke belakangnya karena kami sebaya, Maudy sudah dibekali pendidilan menengah atas di British International School Jakarta sehingga persiapan matang dari jauh hari membuatnya punya bekal yang cukup untuk mengenyam studi di oxford.
Yah segelintir prestasi maudy tadi didapat karena kesenangannya pada belajar dan membaca buku. Tidak ada yang salah dari belajar toh Maudy sudah membuktikan terutama pada orang seperti saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H