Pelecehan seksual. Dua kata tersebut seperti tiada habisnya menjadi pembahasan sejak dahulu. Terkadang apabila mendengar kasus tersebut, masih banyak yang berprasangka terlebih dahulu mengenai pakaian korban seakan-akan semua kesalahan terjadi disebabkan karena korban yang tak mampu menjaga diri hingga pada akhirnya masyarakat tidak fokus terhadap kejahatan pelaku. Pelecehan seksual tak memandang bulu, setiap insan berpotensi mengalaminya baik itu anak-anak, wanita, pria, bahkan lansia sekalipun.
Tidak terkecuali seseorang yang memakai kostum maskot bobba. Saat pertama kali melihat berita tersebut, hanya satu kata yang terlintas di pikiran saya, yaitu miris.
Masih banyak orang-orang yang beranggapan bahwa pelecehan seksual hanya ketika bagian tubuh korban tersentuh oleh pelaku. Padahal nyatanya, pelecehan seksual dapat berupa verbal dan hal itulah yang tidak disadari oleh mereka. Dengan ringannya mereka mengeluarkan perkataan-perkataan tidak senonoh pada korban yang tidak bersalah. Bila kita pikirkan, apa yang salah dengan kostum maskot bobba? Bahkan terlihat di balik kostum maskotnya, korban juga hanya memakai kemeja berkerah biasa yang tentu saja sudah sangat sopan dan tidak mengundang. Tetapi hanya karena dirinya sedang membuat konten demi melariskan produknya dan tidak sengaja terlihat bagian privatnya yang bahkan hanya sepersekian detik, para makhluk tak beradab dengan otak kotornya itu langsung menghujaninya dengan kata-kata tak pantas. Sudah pasti mereka tidak pernah memikirkan dampak psikis yang dirasakan terhadap korban.
Saat ini sudah ada undang-undang yang mengatur kita untuk dapat berlaku bijak ketika bersosial media serta sanksi apabila melanggarnya. Namun sulitnya, manusia-manusia bersumber daya rendah di negara ini tidak kalah banyaknya. Jika hal tersebut sudah terjadi, pada akhirnya korban yang dituntut untuk menjaga diri, memakai pakaian sesopan mungkin walau pada akhirnya tetap kena juga. Padahal seharusnya orang-orang dengan pola pikir kotor seperti itu yang diedukasi, bukannya malah para korban yang membatasi diri. Tak pernah terbayangkan apabila pada akhirnya perempuan di balik kostum bobba tersebut yang harus meminta maaf. Betul, ia membuat konten permintaan maaf dan bertekad untuk lebih hati-hati ke depannya, sungguh tidak habis pikir.
Lemahnya Perlindungan untuk Para Korban, Jadi Harus Kemana Lagi Mereka Mencari Tempat Ter-aman?
Pada intinya, kasus pelecehan seksual yang terjadi di negeri ini belum sepenuhnya dapat teratasi. Meskipun telah ada upaya-upaya untuk mengatasi masalah ini, namun kenyataannya, masih banyak celah dan kelemahan dalam sistem perlindungan yang membuat korban sulit untuk mendapatkan keadilan dan pemulihan yang layak.
Dari perspektif hukum, meskipun sudah ada undang-undang yang melarang pelecehan seksual, namun implementasinya masih seringkali kurang efektif. Banyak korban yang menghadapi kesulitan dalam melaporkan kasus mereka, baik karena ketakutan, tekanan sosial, atau kurangnya dukungan dari sistem hukum itu sendiri. Selain itu, masih ada stigma dan diskriminasi terhadap korban pelecehan seksual yang dapat menghambat proses peradilan dan pemulihan korban seperti yang sudah dijabarkan di atas tadi.
Memperkuat perlindungan terhadap korban pelecehan seksual adalah tugas bersama kita sebagai masyarakat yang ingin hidup secara tenang dan damai. Sebetulnya hanya dengan kerjasama dan komitmen dari semua pihak, kita dapat menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi semua individu, tanpa terkecuali.
Meiha Bintang Prudence, Mahasiswa Program Studi Hubungan Masyarakat dan Komunikasi Digital, Universitas Negeri Jakarta Angkatan 2022
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI