Mohon tunggu...
Meifadina
Meifadina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Indonesia

Saya adalah mahasiswa bersemangat yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Indonesia jurusan Ilmu Keperawatan. Sejak awal perkuliahan, saya telah menunjukkan dedikasi tinggi terhadap pembelajaran dan pengembangan diri. Saya percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk mencapai tujuan dan membentuk masa depan yang sukses.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengatasi Stigma terhadap Perawat di Indonesia melalui Lensa Etika Keperawatan

22 Desember 2023   16:10 Diperbarui: 22 Desember 2023   16:14 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Abstrak
Profesi perawat sebagai tenaga kesehatan memegang peran krusial dalam sistem kesehatan Indonesia. Meskipun begitu, stigma terhadap perawat masih menjadi isu yang perlu diperhatikan. Stigma terhadap perawat sering kali timbul akibat kurangnya pemahaman masyarakat terhadap peran esensial yang dimainkan oleh perawat dalam perawatan pasien. Dengan menggali lebih dalam melalui lensa etika keperawatan, artikel ini bertujuan untuk memberikan kontribusi pada pemahaman yang lebih baik mengenai tantangan yang dihadapi oleh perawat dalam menghadapi stigma di Indonesia serta mendorong upaya untuk menguranginya. Etika keperawatan menjadi pedoman bagi perawat dalam memberikan asuhan yang berkualitas dan menghadapi stigma dengan sikap profesional.
Kata kunci : esensial, etika, krusial, profesional, stigma


Pembahasan
Perawat dalam menjalankan praktiknya untuk menentukan dan menuntut perilaku yang sesuai harus merujuk pada standar etik keperawatan. Etika keperawatan dapat menjadi landasan profesionalisme perawat dalam mengatasi persepsi atau stigma negatif masyarakat terhadap profesi mereka.  
Pengertian etika keperawatan adalah suatu standar acuan yang dapat mengatasi masalah-masalah yang dilakukan oleh praktisi keperawatan terhadap para pasien atau klien yang tidak mengikuti dedikasi moral dalam melaksanakan tugasnya yaitu asuhan keperawatan (Utami, dkk, 2016). Etika keperawatan dapat digunakan oleh perawat untuk dapat membangun hubungan saling percaya dengan pasien dan masyarakat. Prinsip otonomi memberikan hak kepada pasien untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terkait perawatan mereka. Perawat juga harus bekerja dengan keadilan, memberikan pelayanan yang setara tanpa memandang latar belakang sosial, ekonomi, atau status pasien.
Stigma terhadap perawat seringkali terkait dengan stereotip gender, di mana perawat sering diidentikkan sebagai profesi yang didominasi oleh perempuan. Etika keperawatan menuntut perlakuan yang setara tanpa memandang jenis kelamin. Melalui pendekatan ini, diharapkan stigma gender terhadap perawat dapat dikurangi, dan profesi perawat dapat diakui sebagai pekerjaan yang bernilai tanpa memandang jenis kelamin.
Salah satu cara untuk mengatasi stigma terhadap perawat adalah melalui peningkatan pendidikan dan kesadaran masyarakat. Etika keperawatan menekankan pentingnya edukasi sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap peran dan kontribusi perawat dalam sistem kesehatan. Etika keperawatan menuntut perawat untuk tetap konsisten dengan standar moral dan profesionalisme, bahkan ketika dihadapkan pada tekanan atau tantangan. Dengan memegang teguh nilai-nilai etika keperawatan, perawat dapat menjawab stigma dengan memberikan pelayanan terbaik kepada pasien. Prinsip-prinsip etika keperawatan yang mendasari profesi perawat sangat penting dijadikan rujukan dalam upaya menghadapi stigma. Upaya - upaya yang bisa dilakukan perawat antara lain menunjukkan peran terbaik sebagai perawat, menerapkan perilaku etis dalam praktik, partisipasi dalam pengambilan keputusan, pendidikan dan pemberdayaan profesional, dan media positif. Penjelasan beberapa upaya efektif untuk mengatasi stigma perawat dengan berfokus pada nilai-nilai etika keperawatan akan diuraikan berikut ini.


1. Menunjukkan Peran Terbaik sebagai Perawat
Peran dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan oleh individu sesuai dengan status sosialnya. Jadi seorang perawat memiliki peran yang harus dijalankan sesuai lingkup kewenangan perawat (Asmadi, 2008).
Perawat dapat menunjukkan peran terbaiknya dengan mengamalkan prinsip-prinsip etika, keprofesionalan, dan kepedulian dalam seluruh aspek praktik kesehatan mereka. menjunjung tinggi prinsip-prinsip ini dalam praktik sehari-hari, perawat dapat membentuk citra positif yang kuat dan dipercaya oleh pasien, sesama perawat, dan masyarakat umum. Perawat yang menunjukkan peran terbaiknya tidak hanya membangun citra positif bagi profesi mereka tetapi juga memainkan peran kunci dalam memberikan perawatan kesehatan yang optimal.


2. Menerapkan Perilaku Etis dalam Praktik
Perawat harus diingatkan untuk senantiasa menjaga perilaku etis dalam praktek sehari-hari. Menghormati hak pasien, menjaga kerahasiaan informasi, dan menghindari perilaku diskriminatif merupakan bagian integral dari etika keperawatan.
Perawat yang dapat memahami dan mengimplementasikan prinsip-prinsip etika keperawatan dalam praktek sehari-hari, perawat dapat memainkan peran penting dalam menciptakan stigma perawat yang positif dan bermakna bagi pasien serta memperkuat posisi perawat sebagai tenaga kesehatan dalam masyarakat. Praktik perawat yang etis tidak hanya memberikan manfaat langsung kepada pasien tetapi juga membangun kepercayaan masyarakat terhadap profesi perawat secara keseluruhan.


3. Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan
Melibatkan perawat dalam pengambilan keputusan terkait perawatan pasien dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan memberikan perawat pengakuan yang pantas. Ini juga dapat menghilangkan persepsi bahwa perawat hanya sebagai pelaksana perintah.
Saat perawat secara aktif terlibat dalam proses pengambilan keputusan terkait perawatan pasien, mereka tidak hanya menjadi pelaksana instruksi medis, tetapi juga menjadi mitra yang berkontribusi pada perencanaan dan pelaksanaan asuhan kesehatan. Terlibatnya perawat dalam forum pengambilan keputusan menciptakan lingkungan kolaboratif di mana pengetahuan dan pengalaman mereka dihargai. Hal ini tidak hanya memberdayakan perawat untuk memberikan kontribusi yang lebih besar pada perawatan pasien, tetapi juga menghadirkan mereka sebagai pemegang otoritas dan pengetahuan yang sangat berharga di dalam tim kesehatan. Partisipasi yang efektif dalam pengambilan keputusan dapat membantu memperkuat posisi perawat sebagai advokat pasien, meningkatkan kualitas perawatan, dan pada akhirnya, membangun citra positif di mata masyarakat.


4. Pendidikan dan Pemberdayaan Profesional
Upaya pengembangan sumber daya keperawatan berkelanjutan perlu dilakukan untuk menjaga kualitas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan (Hariyati, 2014). Pendidikan yang kuat akan meningkatkan kepercayaan diri perawat dan mengurangi ketidakpastian dalam memberikan perawatan.
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan merupakan salah satu upaya agar perawat dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan terkini yang diperlukan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Program pendidikan yang mempromosikan nilai-nilai etika, kepedulian, dan kompetensi teknis dapat membentuk landasan moral dan profesionalisme yang kuat bagi perawat. Selain itu, pemberdayaan profesional melibatkan dukungan terhadap pengembangan keterampilan kepemimpinan, penelitian, dan inovasi dalam praktik perawatan. Meningkatkan akses perawat terhadap pelatihan tambahan, sumber daya informasi, dan forum kolaboratif dapat membantu mereka terus berkembang sesuai dengan tuntutan dinamis dalam bidang kesehatan. Perawat dapat memberikan pelayanan yang lebih baik karena memiliki pengetahuan dan keterampilan yang terus diperbarui, sehingga bisa meningkatkan kepercayaan masyarakat, dan secara efektif membangun citra positif profesi perawat.


5. Media Positif
Media memiliki tanggung jawab sosial dalam membentuk pandangan masyarakat terhadap profesi perawat. Dengan menyoroti profesionalisme, dedikasi, dan kontribusi perawat melalui pemberitaan yang akurat dan edukatif, media dapat memainkan peran positif dalam membangun citra perawat yang lebih baik di mata masyarakat. Dengan pendekatan yang berimbang dan memperhatikan kebutuhan informasi masyarakat, kita dapat membantu meningkatkan apresiasi terhadap peran vital perawat dalam pelayanan kesehatan.
Salah satu cara efektif adalah melalui penulisan artikel inspiratif yang menceritakan perjalanan karir perawat yang sukses serta menyoroti pencapaian mereka dalam memberikan pelayanan kesehatan berkualitas. Selain itu, video profil perawat yang menunjukkan dedikasi dan semangat mereka dalam merawat pasien dapat menjadi alat yang kuat untuk menggambarkan sisi humanis dan profesional perawat. Penggunaan podcast edukatif yang membahas isu-isu kesehatan dan menghadirkan perawat-perawat yang berbagi pengalaman dan pengetahuan juga dapat menjadi sarana yang efektif. Media sosial juga menjadi platform yang sangat berpengaruh, dengan mengelola akun resmi untuk menyebarkan cerita sukses perawat dan menggunakan hashtag khusus untuk mempopulerkan konten positif. Kampanye kesadaran masyarakat, partisipasi dalam acara kesehatan, dan penghargaan kepada perawat-perawat berprestasi adalah beberapa strategi lain yang dapat diadopsi untuk membangun citra positif perawat melalui media.

Kesimpulan
Perawat dalam menjalankan profesinya, seringkali menghadapi stigma yang dapat memengaruhi kesejahteraan mereka dan kualitas asuhan yang diberikan kepada pasien. Mengatasi stigma terhadap perawat bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga masyarakat dan lembaga pelayanan kesehatan. Nilai-nilai etika keperawatan yang diintegrasikan dalam semua aspek praktik dapat membangun penghargaan dan pengakuan yang sesuai dengan peran vital mereka dalam menjaga kesehatan masyarakat, sehingga perawat dapat meraih pengakuan yang pantas dan membangun profesi yang lebih dihargai di Indonesia.

Daftar Pustaka
Arif, A. (2020). Perawat Indonesia Alami Stigmatisasi dan Depresi. https://www.kompas.id/baca/ilmu-pengetahuan-teknologi/2020/08/04/perawat-indonesia-alami-stigmatisasi-dan-depresi
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
Hariyati, R. T. S. (2014). Perencanaan Pengembangan Dan Utilisasi Keperawatan (1st ed.). Rajawali Pers.
Kusnanto. (2004). Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta. EGC
Shafa Dwi Andzani (2015)Konsep Berpikir Kritis Dan Pengambilan Keputusan Dalam Keperawatan Serta Perumusan Diagnosis Keperawatan
Utami, N. W., Augustine, U., & Happy, R. E. (2016). Etika Keperawatan dan Keperawatan Profesional. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun