Mohon tunggu...
Meifa Chintia
Meifa Chintia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Public Health

Hi, Meifa Chintia in here. I'm Undergraduate Public Health Student at Airlangga University.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Peran Edukasi Kesehatan Masyarakat dalam Upaya Pencegahan Demam Berdarah

16 September 2024   11:41 Diperbarui: 16 September 2024   11:44 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

     Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menjadi salah satu masalah kesehatan yang paling mendesak di Indonesia, terutama selama musim hujan. Penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti ini terus menimbulkan kekhawatiran karena tingginya angka kasus dan penyebarannya yang cepat di berbagai daerah. Menurut Kementerian Kesehatan, Indonesia mencatat lebih dari 100.000 kasus demam berdarah setiap tahunnya yang banyak di antaranya di kalangan anak-anak. Kondisi ini menuntut upaya bersama dalam pencegahan dan pengendalian penyakit melalui kolaborasi yang lebih kuat antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat.

     Beberapa faktor yang memengaruhi kejadian demam berdarah, yaitu status gizi, umur, domisili, environment, breeding place, resting place, kebiasaan menggantung pakaian, suhu, penggunaan obat anti nyamuk, pekerjaan, pengetahuan dan sikap, serta praktik 3M. Dikarenakan belum adanya spesifikasi yang nyata mengenai penanganan untuk penyakit DBD, maka sangat dibutuhkan upaya untuk pengendalian faktor risiko penyebab terjadinya demam berdarah pada anak untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas. Tujuh metode pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M yang dianjurkan pemerintahan dan perlu selalu dilaksanakan sepanjang tahun.

     Menurut pandangan saya, edukasi kesehatan yang merupakan peran dari tenaga kesehatan masyarakat haruslah menjadi tonggak penting dalam upaya pencegahan demam berdarah di Indonesia. Demam berdarah bukan hanya masalah medis, tetapi juga erat kaitannya dengan perilaku dan kebiasaan hidup masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan. Oleh karena itu, tanpa edukasi yang tepat, segala upaya pencegahan tidak akan optimal.

     Selain itu, edukasi yang dilaksanakan seharusnya melibatkan seluruh lapisan masyarakat, mulai dari tingkat sekolah hingga komunitas lokal. Kementerian Kesehatan telah melakukan berbagai program penyuluhan, namun masih terdapat tantangan dalam penerapannya di berbagai daerah. Oleh karena itu, tenaga kesehatan masyarakat harus meninjau kembali mengenai metode yang efektif dan mudah diterima masyarakat dalam menanggulangi pemberantasan demam berdarah, khususnya di daerah terpencil Indonesia.

     Di era digital seperti sekarang, saya percaya bahwa pemanfaatan teknologi, seperti media sosial, dapat memainkan peran penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat. Berdasarkan data We Are Social menunjukkan bahwa lebih dari 75% penduduk Indonesia sudah menggunakan internet, sehingga kampanye digital tentang pencegahan demam berdarah bisa menjangkau lebih banyak orang secara cepat dan efisien. Kampanye ini harus difokuskan pada cara-cara praktis dan mudah diserap, sehingga dapat langsung diterapkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

     Meskipun kampanye edukasi dikatakan sangat penting, hal tersebut tidak akan efektif tanpa dukungan akses yang memadai terhadap layanan kesehatan dan infrastruktur. Berdasarkan data Riskesdas 2018, sebanyak 14,9% penduduk Indonesia masih mengalami kesulitan dalam mengakses fasilitas kesehatan, terutama di wilayah terpencil. Situasi ini menekankan pentingnya kolaborasi antara edukasi dan peningkatan layanan kesehatan. Pemerintah harus memastikan bahwa program edukasi diiringi dengan penyediaan sarana yang memadai, seperti puskesmas, akses air bersih, serta pelaksanaan fogging yang tepat sasaran.

     Secara keseluruhan, pencegahan demam berdarah di Indonesia membutuhkan upaya komprehensif yang melibatkan edukasi kesehatan masyarakat sebagai pilar utama. Edukasi ini harus menargetkan perubahan perilaku masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan serta melibatkan semua lapisan masyarakat, dari sekolah, remaja, orang dewasa, hingga lansia. Selain itu, pemanfaatan teknologi digital dapat menjadi peluang untuk memperluas jangkauan edukasi secara cepat dan efektif. Namun, upaya ini perlu didukung oleh akses yang lebih baik terhadap layanan kesehatan dan infrastruktur. Sinergi antara edukasi, fasilitas kesehatan, dan infrastruktur yang memadai akan menjadi langkah penting dalam menekan angka kasus demam berdarah di Indonesia.

KATA KUNCI: Berdarah, Demam, Kesehatan, Masyarakat, Pencegahan

DAFTAR PUSTAKA

Brahmastha, dkk., 2023. Fasilitasi Kesehatan Masyarakat dalam Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Sukmajaya Tahun 2022. Jurnal Pengabdian Masyarakat Saga Komunitas, 2(2), 177-181.

Fatmasari, dkk., 2023. Penguatan Peran Kader Kesehatan dalam Kewaspadaan Terhadap Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Semarang. Journal of Public Health and Community Services (JPHC), 2(2), 68-72

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun