Mohon tunggu...
Meifa Chintia
Meifa Chintia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Public Health

Hi, Meifa Chintia in here. I'm Undergraduate Public Health Student at Airlangga University.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jejak Sejarah Kesehatan Masyarakat di Indonesia dari Kolonial Belanda Hingga Saat Ini

11 September 2024   08:44 Diperbarui: 11 September 2024   08:59 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

     Kesehatan masyarakat di Indonesia memiliki sejarah panjang yang mencerminkan dinamika sosial dan kesehatan bangsa ini. Dari era kolonial yang hanya memperhatikan kesehatan kelompok tertentu, hingga masa kemerdekaan yang menandai dimulainya upaya serius untuk meningkatkan taraf kesehatan seluruh rakyat, kesehatan masyarakat terus berevolusi. Sejarah Kesehatan Masyarakat di Indonesia sendiri dibagi menjadi dua periode, yakni sebelum kemerdekaan dan sesudah kemerdekaan.

     Sejarah Kesehatan Masyarakat di Indonesia bermula pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, khususnya ketika wabah kolera dan cacar melanda pada abad ke-16. Untuk mengendalikan penyebaran wabah yang sangat ditakuti oleh masyarakat tersebut, pemerintah Belanda mengambil berbagai langkah kesehatan masyarakat. Salah satu upaya lain di bidang kesehatan masyarakat dilakukan pada tahun 1807 oleh Gubernur Jenderal Daendels, yang menginisiasi pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan untuk menurunkan angka kematian bayi. Namun, pelatihan ini tidak berlangsung lama karena keterbatasan jumlah tenaga pelatih pada saat itu. Kemudian, pada tahun 1888, didirikan pusat laboratorium kedokteran di Bandung, yang kemudian berkembang di beberapa kota lain seperti Medan, Semarang, Surabaya, dan Yogyakarta. Laboratorium-laboratorium ini berperan penting dalam mendukung upaya pemberantasan berbagai penyakit seperti malaria, lepra, cacar, serta meningkatkan gizi dan sanitasi. 

     Memasuki abad ke-19, tepatnya pada tahun 1925, Hydrich, seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda, mengembangkan daerah percontohan di Purwokerto, Banyumas, dengan melakukan penyuluhan kesehatan untuk mengedukasi masyarakat. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap tingginya angka kematian dan kesakitan di daerah tersebut. Pada tahun 1927, STOVIA (Sekolah Pendidikan Dokter Pribumi) diubah menjadi sekolah kedokteran, yang kemudian di tahun 1947, saat Universitas Indonesia (UI) didirikan, menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Sekolah dokter ini memainkan peran penting dalam melahirkan tenaga medis, khususnya dokter, yang turut mengembangkan kesehatan masyarakat di Indonesia. Kemudian, pada tahun 1935, dilakukan program pemberantasan pes karena terjadi epidemi dengan penyemprotan DDT dan vaksinasi massal.

     Setelah kemerdekaan, tonggak penting perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia terjadi pada tahun 1951. Pada saat itu, diperkenalkannya konsep Bandung (Bandung Plan) oleh dr. Y. Leimena dan dr. Patah (yang kemudian dikenal dengan Patah-Leimena), yang intinya bahwa dalam pelayanan kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan. Konsep ini kemudian diadopsi oleh WHO. Diyakini bahwa gagasan inilah yang kemudian dirumuskan sebagai konsep pengembangan sistem pelayanan kesehatan tingkat primer dengan membentuk unit-unit organisasi fungsional dari Dinas Kesehatan Kabupaten di tiap kecamatan yang mulai dikembangkan sejak tahun 1969/1970 dan kemudian disebut Puskesmas. Lima tahun setelahnya, Dr. Y. Sulianti mendirikan Proyek Bekasi sebagai model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat. 

     Pada tahun 1967, diadakan seminar yang menghasilkan puskesmas terbagi menjadi tiga tipe, yaitu tipe A, tipe B, dan tipe C. Namun, seiring perkembangannya, puskesmas menjadi satu tipe saja dengan dikepalai seorang dokter dengan stratifikasi puskesmas ada 3 (sangat baik, rata-rata, dan standar). Pada tahun 1984, dikembangkannya program kesehatan terpadu dan keluarga berencana. Kemudian, pada awal 1990-an, puskesmas menjelma menjadi kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat. Menurut Kementerian Kesehatan, puskesmas di Indonesia pada 2020 mencapai lebih dari 10.000 unit di seluruh wilayah Indonesia.

      Demikian sejarah kesehatan masyarakat di Indonesia yang menunjukkan perkembangan secara signifikan dari masa kolonial hingga era modern. Perhatian yang awalnya hanya terbatas beberapa isu saja, kini diperluas hingga pelayanan kesehatan lebih merata. Menurut saya, adanya kesehatan masyarakat di Indonesia memberikan dampak positif terhadap masyarakat hingga era reformasi ini. Sepatutnya kita bersyukur dan bangga terhadap kerja keras tenaga kesehatan masyarakat yang selalu berusaha mencapai kesejahteraan kesehatan bagi masyarakat Indonesia. 

KATA KUNCI: Kesehatan, Masyarakat, Puskesmas, Sejarah

DAFTAR PUSTAKA

Ningsih, Widya Lestari. 2022. Sejarah Kesehatan Masyarakat. https://www.kompas.com/stori/read/2022/11/13/180000079/sejarah-kesehatan-masyarakat-di-indonesia?page=all. [online] (Diakses tanggal 3 September 2024)

Siyoto, S., & Retnaningtyas, E. 2016. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Ponorogo: Forum Ilmiah Kesehatan (FORIKES)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun