Di ketinggian nadamu, kupungut not yang terluka
kukumpulkan menjadi pesan tanpa kata
usah risau, kusimpan di hati, bukan di sini
Kusimpan koyakan yang paling menyakitkan,
diam-diam ia mencipta dunia tanpa suara
hanya tatap mata dan sisa nada yang terserak di sudut bibirmu
jangan kauludahkan, kelak mungkin kucuri, asal malaikat tak mendahului.
Kuingin menatap tanpa sela,
tapi mata tak mampu menahan bara
benarkah sudah luka, kepompong yang belum lagi sayap terbuka?
Mengapa ia tak mati saja selamanya
tak jenuh ia dengan diam yang meronta lantang berteriak “hentikan!”
Kupu mati sepi
lolongan malam kian larut dalam genangan kalimat panjangmu
tolong biarkan saja mati
tikam berkali-kali biar tak terbang ia lagi.
Bisik kupu sebelum mati: "Tatapanmu melukai, apa kau tahu?"
Jogja, 3April'12
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H