Sepi. Wajah-wajah sepi menepi di garis margin terluar. Saban kali Desember datang wajahnya semakin sepi.Â
Orang-orang berpesta kembang api. Tak ada yang peduli kepada wajah-wajah sepi.
Sepi. Wajah-wajah sepi menepi terhempas di tepi pantai. Gelombang kemajuan zaman semakin tinggi dan keras menerjang.
Wajah sepi tak punya kuasa untuk bertahan, apalagi untuk berlayar.Â
Sepi. Wajah-wajah sepi semakin merasa sunyi. Sementara wajah-wajah riang berpesta kuasa dan uang.Â
Tembok-tembok semakin tinggi, membentuk garis pemisah kepada wajah-wajah yang semakin sepi.
Sepi. Malam natal ini serasa sepi. Sang sepi ditemani sebatang lilin natal. Dinyalakannya lilin itu, menyala berkeliling gelap sunyi. Sambil menyanyikan lagu: "Malam kudus, sunyi senyap"
Sejumput asa, sebaris senyum, setitik sukacita tergambar di wajah sepi, yang kini tak lagi sepi.Â
Lilin natal itu mengubah wajah sepi menjadi wajah penuh harapan, sukacita dan kemenangan.Â
Ah, seandainya lilin-lilin itu adalah aku, engkau dan mereka, yang rela menemani wajah-wajah sepi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H