Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Asa dan Cermin Bulan Ke-12

12 Desember 2021   21:35 Diperbarui: 12 Desember 2021   21:37 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapoor's iconic Sky Mirror (2018). Photo: Courtesy Of ANISH KAPOOR STUDIO (galeriemagasine.com)

Ingatkah engkau tentang asa yang kau tancapkan ke bumi, di hari-hari awal bulan pertama tahun ini?  

Hmm. Mungkin tentang asa kepada segenggam cita, setinggi langit. 

Atau mungkin, tentang setitik cinta yang menanti jawaban. 

Atau. Mungkin. Tentang asa kepada asa yang abadi, yang tak beranjak menjadi nyata, setelah sekian tahun berganti. Sebuah episode penantian dan pencarian.

Entahlah. Hanya engkau dan Tuhan yang tahu.

Dan, ingatkah engkau tentang hari-hari yang kau lalui, dan jejak-jejak yang tercipta? 

Mungkin jejak-jejak perjuangan. Atau jejak kelelahan, yang terkadang menggandeng jejak keputusasaan. Kepada sebuah asa, yang semakin dikejar, semakin tak terkejar.

Atau, jejak sukacita dan bahagia. Yang kadang sirna oleh setitik air mata. Seperti bergantinya musim. Dan kau sadar bahwa asa kehilangan asa, seperti bintang yang jatuh sebelum kau petik.

Ah. Sobat, kini, bulan keduabelas. Bulan terakhir. Tetapi, asa tinggal asa. Entah itu, tentang cita atau tentang cinta. Jejak-jejak telah berusaha sambil diiringi kidung doa. 

Tenanglah sobat. Ambilah cermin di bulan keduabelas ini. Arahkan cermin ke langit. Dan bercerminlah bersama langit. 

Engkau masih manusia, bukan?  Hanya bisa mencanang asa, membingkai rencana dan semampunya mencipta jejak kehidupan. Dia di langit tertinggi, yang menentukan. 

Tersenyumlah kawan. Masih ada esok untuk sebuah asa. Langit belum runtuh!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun