Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gabut dalam Kabut

24 September 2021   07:03 Diperbarui: 24 September 2021   07:07 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kabut (sumber: kompas.com)

Hari yang berbeda. Diri dalam genggaman gabut. Pagi yang cemberut. Siang yang tak bersahut. Malam ketakutan kepada bayangan maut. 

Diri ini tak tahu. Bingung. Apa yang harus dilakukan. Gabut. Padahal sejumlah rencana harus dikebut. Sejuta asa harus direbut. 

Kabut. Menutupi alam pikir. Menggoncangkan alam rasa. Menutupi alam pandang. Padahal kabut tak nampak di alam nyata. Di luar sana.

Kupanggil angin, tuk meniup lembut kabut yang larut di alam pikir. Kucoba kidungkan lagu cinta yang dapat menenangkan rasa. Kumencari sang fajar untuk menerangi pandangan. Tetapi, angin, lagu cinta dan sang fajar pun sedang dilanda gabut. 

Engkau, maukah menjadi angin lembut, lagu cinta dan sang fajar? Untukku. 

Untuk melenyapkan gabutku?

=====

Cat:

Arti gabut kekinian, Sumber: Apa Itu Gabut?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun