Kawan, engkau bertanya tentang kabar pagiku?
Pagi ini, sepertinya sama dengan pagi kemarin
Ada senyum mentari, perlahan menghapus dingin
Ada kopi panas datang memenuhi keinginan
kepada diri yang masih kedinginan Â
Seperti biasa, sebagaimana kemarin
Kopi pahit. Pastinya mengandung kafein,
yang katanya meningkatkan fokus dan daya ingat,
juga katanya, menghadirkan segenggam semangatÂ
Pagi ini. Memang...
semangat menghilang Â
Entah karena apa
Mungkin dia lupaÂ
Bahwa aku merindunya
dan ingin memeluknya
Bukankah semangat adalah makhluk
yang menjelma menjadi rasa dalam pelukan?Â
Pagi ini aku tak memeluk semangat
Tetapi asaku, semoga secangkir kopi hangat
Mampu meledakkan nukleus sel rasa
dan merangkai puing-puing semangat yang tersisa
supaya diri ini tak makin tersiksa
Namun, usai secangkir kopi kuseruput
Ledakan puing semangat itu tak cukup
Dimanakah engkau duhai semangat?
Mungkinkah kau perlu secangkir kopi hangat
supaya dirimu juga fokus dan bersemangat?
Kawan, aku membaca puisi yang kau tulis semalam
Engkau telah merengkuh semangat pagi, sejak malam
Dan, kutemukan jawabannya di sebaris kalam:
"engkau masih tetap bersyukur bersama malam"
Semangat ternyata ada di secangkir syukur, pagi dan malam.
Begitulah kabar pagiku,
menemukan semangatku
di bait indah puisimu,
tentang syukurmu
Terimakasih kawankuÂ
===
Diinspirasi oleh puisi rekan Kompasianer hebat, Bung Pical Gadi: Bagaimana Kabar Pagimu, Kawan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H