Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kata, Nada, Bangsa, dan Cinta

23 Agustus 2021   23:14 Diperbarui: 23 Agustus 2021   23:15 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Kata, Nada, Bangsa dan Cinta" (dokpri)

Benang-benang aksara merajut asmara. Cinta berbuah kata. Lalu, kata memeluk kata. Lahirlah bait-bait syair dari rahim rasa. Tumbuh subur di hamparan linimasa.

Seseorang memetik tangkai-tangkai kata yang berbunga. Dinaikannya mendaki tangga nada. Hingga tiba di puncak rasa. Dikawinkannya kata dan nada. Lahirlah senandung dari rahim makna.

Syair dan lagu mengumandangkan rasa. Menyuntikan makna. Memerahkan telinga tembok-tembok kuasa. Mengguncang linimasa bangsa. Rintik-rintik Kritik menghujani singgasana. Bangsa yang biasa dimanja, merasa terjajah bahasa.

Syair dan lagu disalahkan. Penciptanya dimasalahkan. Penyanyinya terancam dipenjarakan. Dia dianggap kehilangan cinta kepada bangsa. Namun kidung bersenandung mesra: "inilah caraku mencintai bangsaku dan rajaku. Kritik adalah bukti cinta!"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun