Namanya Eunoia, kirana yang menepi di jenggala sepi. Mungkin bosan hidup di kota. Ataukah mencari cinta yang terbang bersama angin. Entahlah.Â
Eunoia berteman sepi. Tak ada kekasih, hanya fantasi. Tak ada keramaian di pusat kota, hanya semaian di pusat otak. Berlian di tengah rimba, kesepian yang tanpa iba.
Eunoia, berkisah kepada pohon, tentang manusia yang bermohon dan yang berbohong. Berkisah kepada serigala, tentang manusia yang menjadi serigala kepada manusia lainnya.Â
Eunoia, berkisah kepada merpati, tentang kekasih yang ingkar janji. Berkisah kepada jagad jenggala tentang jagad raya yang makin lelah. Berkisah kepada singa, tentang raja yang mabuk kuasa dan haus darah.
"Eunoia, kembalilah ke kota. Kami di sini, baik-baik saja!"Â Raja hutan menyeru perintah. "Cukuplah sepimu di sini. Pergilah ke kota, yang merindu kidung cinta dan kebaikan"
Eunoia merenung. Insaf. Percuma terpenjara di jenggala sepi. Yang tak mengerti bahasa manusia. Lalu, kembalilah dia ke pelukan kota, yang merindu cinta dan kebaikan.
Eunoia, menjelma menjadi kata cinta. Â Berubah wujud menjadi bahasa kasih. Menyebar dalam kabar kebaikan.Â
Eunoia, menemukan dirinya yang sebenarnya. Pikiran tentang kebaikan dan keindahan. Kabarkan untuk setitik perubahan. Jangan terpenjara di jenggala sepi, dalam pikir dan rasa.Â
====
Cat.
Eunoia: Yunani kuno: εὔνοιᾰ, diromanisasi: eúnoia, menyala. artinya, 'pikiran yang baik; pemikiran yang indah' (https://id.vvikipedla.com/wiki/Eunoia)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H