Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ziarah ke Matahari (2)

22 April 2021   22:39 Diperbarui: 22 April 2021   23:09 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku kembali lagi ke negeri matahari. Lagi-lagi kupilih malam, saat dia lelap redup, tanpa cahaya yang membakar. 

Tak usah bangun, tutuplah matamu, pasang telinga dan dengarlah aku. Aku hanya ingin bertanya. Mengapa panas kau curahkan ke bumi?  Lalu menghanguskan tubuhku? Mengapa bukan cinta yang kau curahkan?

Sang mentari tidak menjawab, dia menyuruhku pulang. Katanya: "pulanglah ke bumi, lalu tanyakan kepada padi, dari mana dia mampu mengubah cahaya menjadi buah padi, yang kemudian rela terpanggang di bawah mentari, lalu dimasak dan tersaji sebagai nasi di atas mejamu."

"Dan ketahuilah, itu semua adalah cinta tanpa kata, tanpa pamrih. Hanya cahaya cinta yang merindu kesabaran, kerja keras dan keringat."

Aku pun pulang  tanpa harus bertemu padi di bumi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun