Biarkan ombak menghempas pantai,Â
lalu menghapus lukisan tentang jejak-jejak kakiÂ
di atas pasir pesisir pantai kehidupan itu.Â
Sebab jejak-jejak ituÂ
tak bersahabat dengan hari ini dan esok,Â
dan tak pantas untuk sebuah kenangan dan sejarah.Â
Jejak-jejak itu memeras air mataÂ
hingga keluar ampas-ampasnya,
dikala pemiliknya merindu mata air.Â
Jejak-jejak itu bagaikan tombak
yang menghujam tubuh kering-kerontong,
hingga darah membasahi tubuh itu.Â
Jejak-jejak itu adalah lukisan suram
tentang ombak yang menyiksa raga
dan angin yang menerbangkan jiwaÂ
Jejak-jejak itu adalah gambaran kelam
tentang  cinta yang tersiksa cinta
laksana ombak datang dan pergiÂ
Biarkan ombak menghapus jejak itu
sebelum penulis menulisnya di buku sejarah
dan Sang Khalik mencatat di Buku KehidupanÂ
Setelah itu, marilah kita bermain ke pantai
dan kita lukis jejak baru tentang seharusnya kita:
manusia pelukis jejak cinta dan kemanusiaanÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H