Tjiptadinata dan Rosalina,
kusingkat nama mereka: Tjipta dan RosaÂ
Tjipta dan Rosa adalah
Dua dunia yang menyatu dalam kisah romansa lima puluh enam tahun silam
Dua beda yang fisiknya terpisah namun hati dan jiwa telah erat menyatu
Mereka adalah harmoni dalam perbedaan
Tjipta dan Rosa
Entah berapa purnama karya telah mereka lalui Â
Entah berapa jalan tinta telah mereka goreskan
Entah berapa pelangi kata telah mereka lukisÂ
Tjipta adalah
tentang karya
tentang cinta
tentang cipta
tentang karya cinta dan ciptaÂ
Rosa adalah
tentang bunga
tentang cinta
tentang cipta
tentang bunga cinta dan ciptaÂ
Tjipta dan Rosa adalah
tentang karya yang berbuah dan berbunga
tentang bunga yang dirangkai indah
tentang karya dan bunga yang menginspirasi
Suatu ketika,
disaat diriku mati tanpa daya dan karya
disaat ranting-rantingku kering tak mampu melahirkan bunga
disaat diriku mati meskipun tarikan napas masih menari
disaat diriku mati meskipun raga masih berpesta
Di sebuah sudut negeri bernama Kompasiana
ku menemukan Tjipta dan Rosa
Tua, namun selalu mekar berkarya
Tua, namun selalu mencipta bunga yang baruÂ
Lalu, perlahan-lahan goresan-goresan napas mereka suntikan
dengan pena mereka yang tajam ke dalam raga dan jiwaku Â
Perlahan aku bangun, kuambil pena, mencoba menggores aksara
Kurangkai bunga inspirasi di ruang berbagi karya anak negeri
Aku mampu men-Tjipta lagi, ranting-rantingku berbunga lagi
Tjipta dan Rose membangkitkan aku lagi
Aku menulis lagi di Kompasiana...
Terimakasih untuk ayah dan bunda, Tjiptadinata dan Rosalina
Tuhan memberkatimu, teruslah menginspirasi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI