Debu kembali menjadi debu. Nikmatnya tarikan napas hanya kita nikmati sebentar saja. Fana, tiada yang abadiÂ
Tanah kembali kepada tanah. Nikmatnya mencinta, berbagi, berjuang dan terbang bebas, hanya sementara. Fana, tiada abadi
Jika tiba saatnya nanti kita tinggal kenangan. Pusara kaku tanpa sepatah kata. Tanpa napas, tanpa keluh, juga peluh. Hanya nama terukir indahÂ
Yah, hanya nama yang menghentar pada memori masa lalu tentang jejak-jejak yang terukir dalam sanubari.
Pergilah ke kuburan, sebut satu per satu nama-nama yang terukir indah itu. Kenanglah mereka, dan kita kan bertemu jejak-jejak yang tertinggal. Jejak-jejak yang mempu membisikan kata penuh makna
Jejak-jejak tentang kebaikan dan keburukan. Jejak-jejak yang membuat kita tersenyum, menangis dan tertawa.Â
Jejak jejak kaca tempat bercermin, tempat belajar tentang arti sebuah kehidupan. jejak-jejak sang fanaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H