Sejarah kehidupan beragama, khususnya agama Kristen di Indonesia tak lengkap jika tidak menuliskan kisah 189 tahun lalu di Minahasa, yaitu tanggal 12 Juni 1831. Apa yang terjadi di tanggal tersebut?
Sejarah kekristenan di Indoensia, tak jua lengkap jika tak mengisahkan proses perkembangan penginjilan di Minahasa - Sulawesi Utara, salah satu tempat di Indonesia dimana benih injil bertumbuh dengan baik.
Tanggal 12 Juni 1831 oleh warga gereja protestan di Minahasa, khususnya umat Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) dirayakan sebagao Hari Pekabaran Injil dan Pendidikan Kristen. Di tanggal tersebut, 2 orang penginjil yaitu Johann Friedrich Riedel dan Johann Gttlieb Schwarz menginjakan kaki di tanah Minahasa tepatnya di Manado, sebagai bagian dari wilayah adat Minahasa untuk memulai tugas penginjilan secara berkelanjutan. Dua penginjil ini mengabdikan hidupnya untuk pekabaran injil di tanah Minahasa, hingga meninggal dunia dan dikebumikan di Minahasa.
Meskipun demikian, sebelum mereka, telah ada penginjil lainnya yang memperkenalkan Injil kepada Tou Minahasa. Sebelum Riedel dan Schwarz datang pada tahun 1831, aktivitas pekabaran injil di tanah Minahasa sebenarnya telah berlangsung, baik oleh pekabar injil Katolik  maupun Protestan.
Di kalangan protestan, Sejak abad ke --17, pendeta-pendeta protestan dari Belanda telah bergantian datang ke Minahasa, dalam rangka pelayanan mereka diantara pegawai-pegawai VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie), yakni serikat dagang Hindia Timur, yang membeli berbagai komditi pertanian di wilayah yang kita kenal sekarang sebagai Nusantara-Indonesia, termasuk Minahasa.Â
Ada catatan-catatan pendek yang berisi nama-nama para pendeta Belanda itu, akan tetapi kegiatan mereka tidak berkesinambungan, sebab Minahasa pada waktu itu hanyalah sebagai daerah persinggahan bagi para pendeta VOC.Â
Kegiatan penginjilan yang berkesinambungan baru terjadi pada abad ke-19 ketika Johann Friedrich Riedel dan Johann Gttlieb Schwarz mengawali gelombang kedatangan para penginjil dari Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG).
Riedel dan Penginjilan di Tondano
Riedel ahir di Erfurt Jerman 1798, mulanya sebagai tukang jahit. Pada tahun  1822 (umur 23 tahun) mulai bergabung dengan Zending. Setelah dididik di Jaenicke, berangkat ke tanah Hindia Belanda (23 Nopember 1829). Pada 12 Juni 1831 melalui Ambon tiba di Kema lalu ke Manado dan belajar bahasa makatana (bahasa lokal Minahasa) beberapa bulan di Manado dibimbing oleh pendeta Hellendoorn (HB Palar, Wajah Baru Minahasa, Gibbon Foundation).
Riedel mulai menetap di Tondano pada tanggal 14 Oktober 1831. Ketika Riedel datang di Tondano, sudah ada sekitar 100 orang yang mengenal kekristenan. Pendeta Jan Geritt Hellendoorn memperkenalkan jemaat itu kepada Riedel. Mungkin jemaat itu pernah dilayani oleh pendeta-pendeta VOC, yang masuk Minahasa dengan mengambil jalur perjalanan melalui pantai Kora Kora, tetapi dapat juga dianggap sebagai buah-buah pekerjaan pelayanan Injil dari Hellendoorn, yang disebut sebagai "peletak dasar kekristenan di Minahasa".