Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

[100]* Akar Kultural Pancasila di Bumi Minahasa dan Sulawesi Utara

31 Mei 2020   22:21 Diperbarui: 1 Juni 2020   06:35 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mapalus merupakan kultur dan struktur kerjasama dalam kelompok masyarakat yang awalnyatumbuh dalam dunia pertanian tetapi kemudian berkembang dan menjadi falsafah hidup masyarakat Minahasa.

Dari uraian-uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa Pancasila telah lama berakar dalam kultur dan peradaban Minahasa dan Sulawesi Utara, dan dengan masih bertahannya kultur tersbut di tengah terpaan "imperialisme baru", maka akar kultural Pancasila di bumi Minahasa dan Sulawesi Utara akan tetap memberikan kontribusi bagi mekarnya Pohon Indonesia, kini dan kedepan, sebagaimana perannya dahulu  ketika Pancasila dan Indonesia masih dalam persemaian.

Akar kultural tersebut, akan menjadi kekuatan bangsa dalam segala tantangan termasuk menghadapi situasi pandemi Covid-19. Kultur bangsa yang kuat adalah "imun peradaban" melawan infiltrasi "virus-virus global"

Selamat Hari Lahir Pancasilaku.... Tetaplah menjadi akar yang kuat bagi tumbuh kembang Pohon Indonesia.... kekal dan abadi!

===

Meidy Yafeth Tinangon, WNI tinggal di Minahasa, Sulawesi Utara

*) Artikel ini merupakan konten ke 100 di Kompasiana.com 

**) Pidato ini pada awalnya disampaikan oleh Soekarno secara aklamasi tanpa judul dan baru mendapat sebutan "Lahirnya Pancasila" oleh mantan Ketua BPUPKI Dr. Radjiman Wedyodiningrat dalam kata pengantar buku yang berisi pidato yang kemudian dibukukan oleh BPUPKI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun