Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ngeri dan Amarah dalam Terserah dan Asa Negeri

21 Mei 2020   23:04 Diperbarui: 21 Mei 2020   23:02 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 | "mereka di garis terdepan" || kompas.com | 

Dalam asa yang membumbung
yang kuboncengkan dalam doa yang terbang menuju surga  
Aku tersentak membaca kabar negeri hari ini:
Positif yang tak diharap itu makin bertambah dan
mereka pejuang di garis terdepan itu tumbang satu demi satu!

Ngeri membayangkan jika garis depan tak ada penjaganya
Kengerian makin menjadi ketika kulihat
tanda pagar garis depan itu berhias frasa: "Indonesia Terserah!"
Merah putih lusuh tak bergairah dalam perang yang belum separuh!

Tanda pagar garis depan itu, rupanya adalah tanda kecewa dan amarah
kepada mereka yang dipagari dalam perang,
namun tak sadar jika nyawa mereka dalam antrian
Kepada mereka yang nanti sadar ketika bilik isolasi menjadi rumah mereka
tempat menghitung dan menanti kapan tarikan napas terakhir

Ngeri dan amarah campur aduk dalam lautan gelombang terserah
Namun, asa masih ada dalam pasrah negeri kepada rantai doa tiada putus  
sambil berseru kepada Yang Kuasa:
"rantai Covid  segeralah putus!" 
Sambil berseru kepada  yang di garis belakang:  
"rantai kakimu yang gatal dan mari topang garis depan!"

Hingga akhirnya, kengerian dan amarah kan berubah,
berganti wajah berseri penuh harapan
Semua akan normal kembali
seperti sediakala, seperti di waktu normal sebelumnya,
dengan irama langkah baru penuh harapan:
"badai pasti berlalu...."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun