Istilah literasi mulai akrab di mata, telinga dan mulut kita seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Sejak satu atau dua tahun belakangan, saya mulai mendengar dan menerima frasa salam yang baru dari kawan-kawan pegiat sastra, jurnalistik dan para penulis. Frasa tersebut adalah: "salam literasi".
Kemarin diajak berdiskusi bersama para pegiat literasi, seperi biasa apabila diajak berbagi lewat forum diskusi saya harus membaca dulu terkait topik yang akan dicakapkan.Â
Maklum saya bukan "buku pintar", "kamus berjalan", "Om Wikipedia" ataupun "Opa Google", apalagi yang namanya manusia punya keterbatasan memori. Kebetulan topik yang diangkat memang tentang literasi, karenanya saya menelusuri beberapa  laman yang mencakapkan tentang literasi.
Apa sebenarnya literasi itu ?
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kemendikbud) memberi 3 pengertian untuk kata literasi:
1.Kemampuan menulis dan membaca;
2.Pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu; dan
3.Kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup
Dari definisi di atas, dapat kita katakana bahwa literasi itu terkait dengan kemampuan, pengetahuan atau keterampilan menulis dan membaca, atau pengetahuan dan keterampilan bidang aktivitas yang berhubungan dengan menulis dan membaca serta kemampuan mengolah informasi yang diperoleh dari membaca tulisan termasuk termasuk didalamnya adalah aktifitas menghitung serta menuliskan hasil pengolahan informasi tersebut.
Hmm, rasanya belum lengkap jika literasi hanya terkait dengan menulis dan membaca. Bagaimana dengan dengan penyampaian informasi lisan seperti berbicara, dialog atau orasi ?
Pengertian lebih luas dapat kita lihat misalnya dari catatan Wikipedia yang menyebut bahwa literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa.
Kita tahu bersama bahasa itu ada bahasa lisan, tulisan dan juga bahasa tubuh. Om Wiki memberi penjelasan lebih lanjut bahwa dalam bahasa Latin, istilah literasi disebut sebagai literatus, artinya adalah orang yang belajar. Selanjutnya, National Institut for Literacy menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan literasi adalah kemampuan seseorang untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat.
Nah, akhirnya kita mendapat gambaran yang lebih luas tentang literasi. Simpelnya literasi adalah kemampuan menulis, membaca, berbicara, menghitung dan menyelesaikan masalah, jadi mencakup kemampuan berbahasa dan menganalisa bahasa.
Sekarang saya tak ragu lagi menggunakan istilah salam leterasi. Juga menyebut orang lain sebagai pegiat literasi, termasuk para Kompasianer sebagai pegiat atau pelaku literasi.
Melihat pengertian literasi di atas, maka dapat dikatakan, semua kita yang melakukan aktivitas baca, tulis, hitung, berkomunikasi lisan dan tulisan adalah aktor atau pegiat literasi. Apalagi di era informasi saat ini dengan maraknya sosial media, maka semua pengguna sosial media merupakan aktor literasi digital. Namun yang jadi masalah adalah ketika praktek literasi kita yang kurang bijak. Masih ada ujaran kebencian (hate speech), masih ada berita bohong (hoax), masih ada kasus plagiat dan tindakan literasi negatif lainnya. Literasi negatif dan tidak produktif serta tidak edikatif tersebut harus kita cegah sebelum menjadi pandemi negatif literasi, ibarat pandemi virus Covid-19.
Akhir kata: "salam literasi !"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H