Pada 24 Januari 2024, mahasiswa KKN-BBK dari Universitas Airlangga, Kelompok Jeruk 2, mengadakan program kerja pengolahan sampah organik rumah tangga pada warga RW 02, Kelurahan Jeruk, Â Kecamatan Lakarsantri, Surabaya. Kesembilan mahasiswa yang menjalankan belajar bersama komunitas ini mengundang Dosen Pembimbing Lapangan mereka, yakni Dr. Kadek Rachmawati, drh., M.Kes sebagai pembicara utama dan melakukan praktik bersama-sama. Acara ini dirancang untuk berbagi informasi, pengetahuan, dan melakukan praktek tentang eco enzyme kepada 23 peserta yang hadir.
Hingga saat ini, sampah masih menjadi sebuah perhatian masyarakat. Sekitar 70% dari sampah yang ada di tempat pembuangan sampah, sebagian besar merupakan sampah bekas makanan. Sampah berarti material yang sudah tidak lagi diperlukan dan tidak lagi diinginkan, sehingga perlu dihilangkan. Ada banyak ide yang telah dikembangkan untuk mengurangi sampah bekas makanan rumah tangga di dunia. Ide tersebut dimulai dari dikomposkan, dijadikan pupuk, hingga bahan bakar (biofuel). Seiring berjalannya waktu, solusi yang ditemukan oleh berbagai tokoh mulai berjalan ke arah yang lebih praktis.
Untuk mengutilisasi sampah dengan cara mudah dan tidak memerlukan energi dan sumber daya khusus, seorang pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand, Dr. Rosukon Poompanvong, mengenalkan eco enzyme, sebuah gagasan yang digunakan untuk mengolah enzim dari sampah yang biasanya dibuang ke tempat sampah rumah tangga, dan digunakan sebagai pembersih organik. Pada dasarnya, eco enzyme merupakan adalah cairan alami serba guna, yang merupakan hasil dari fermentasi limbah dapur organik, mulai dari (1) kulit buah, potongan sayuran, sisa buah gigitan kelelawar, dan lainnya; (2) gula merah, gula pasir, atau molase; (3) dan air berbagai sumber, dapat berupa air keran, air hujan, air buangan AC, dan lainnya.
Pada kesempatan sosialisasi yang dilaksanakan pada 24 Januari kemarin, para mahasiswa KKN telah menyiapkan berbagai bahan pembuat eco enzyme, sampah berupa sisa kulit buah & sayur 3kg, gula merah 1kg, dan air 10L. Untuk pembuatan eco enzyme, diperlukan sebuah skala bagi ketiga bahan, yakin 1:3:10. Cairan yang telah dicampurkan tersebut kemudian difermentasikan hingga 3 bulan di wilayah tropis, dan 6 bulan di wilayah sub-tropis. Hasil akhir dari eco enzyme akan berwarna kecoklatan, hasil dari gula merah, dan beraroma asam segar, berasal dari kulit buah. Wadah yang digunakan memiliki tutup bermulut lebar, boleh besar maupun kecil, dan berbahan plastik.Â
Warna eco enzyme dapat bervariasi, tergantung bahan yang dipakai. Penggunaan gula pasir dapat membuat cairan lebih jernih, Namun, penggunaan keduanya tidak terlalu dianjurkan, karena proses kimia yang telah dilalui kedua bahan menyebabkan menurunnya kadar gula. Untuk mendapat kualitas dan jumlah yang sama dengan harga yang jauh lebih murah dari gula merah, dapat menggunakan molase cair.
Sayur dan buah yang digunakan juga perlu yang masih segar, belum busuk, berulat, atau berjamur, dan belum dimasak (direbus, digoreng, dan ditumis). Untuk mendapatkan hasil yang lebih efektif, sisa buah/sayuran perlu dipotong kecil dan sesuai waktu masing-masing. Semakin banyak jenis bahan yang digunakan, semakin kaya juga hasil dari eco enzyme.Â
Pembuatan eco enzyme harus mengingat skalanya, 1:3:10. Pembuatan diawali dengan (1) membersihkan wadah dari sisa sabun atau bahan kimia, lalu mengukur volume wadah, dan masukkan air sebanyak 60% dari volume wadah. (2) langkah kedua adalah untuk memasukkan gula sesuai takaran, yakni 10% dari berat air. (3) selanjutnya, masukkan potongan sisa buah dan sayuran, yaitu 30% dari berat air, lalu aduk hingga merata. (4) langkah terakhir adalah untuk menutup rapat wadah, dan memberi label tanggal pembuatan. Eco enzyme perlu dicek secara berkala, selama 1 minggu pertama, tutup wadah dibuka untuk membuang gas. Di hari ke-7 dan hari ke-30.
Hasil eco enzyme dapat digunakan menjadi berbagai material, salah satunya untuk membuat sabun. Pada sosialisasi kemarin, Dr. Kadek dan para mahasiswa memberikan cara untuk membuat sabun dari eco enzyme yang telah jadi dan difermentasikan selama 3 bulan. Dengan mencampurkan berbagai bahan pembuatan sabun, yakni MES, garam, glycerin, foam booster, pewangi secukupnya, dan pewarna secukupnya (opsional).
Mahasiswa membagikan 23 botol sabun hasil eco enzyme kepada peserta yang hadir di sosialisasi pada 24 Januari 2024. Sabun tersebut sudah dapat digunakan seperti sabun pada umumnya, dengan wangi buah apel. Peserta dengan antusias menerima bingkisan dan kenang-kenangan yang mahasiswa berikan.