“Education is teaching our children to desire the right things.” – Plato
Minggu pagi satu dekade lalu adalah rentetan film kartun sejak subuh hingga siang hari. Minggu pagi hari ini adalah tentang bermain dengan anak-anak dan mengamalkan edukasi dengan media sebuah permainan populer di seluruh dunia, sepakbola.
Hari ini matahari terbit lebih cepat di Jakarta. Semua anak-anak di Kampung Cikini berhamburan seperti biasa. Minggu adalah hari kesayangan semua orang, tidak terkecuali bagi anak-anak. Mas Ai, salah seorang ketua kelompok pemuda di Kampung Cikini sejak pagi sibuk mengumpulkan belasan pemuda-pemudi Kampung Cikini dan puluhan anak kecil di Kampung Cikini. Se-spesial apakah hari ini?
Sekitar sepuluh mahasiswa Jepang dan enam mahasiswa Universitas Indonesia sibuk membaur dengan pemuda-pemudi. Pembagian tugas seperti mempersiapkan furniture multifungsi: kursi yang bisa menjadi tempat sampah dan memanggil warga untuk meramaikan acara hari ini dibagi dengan sangat baik. Mahasiswa Indonesia yang tentu saja lebih pandai berbahasa Indonesia mencoba menjelaskan kepada warga tentang momen penting hari ini. Mahasiswa Jepang yang sebagian baru pertama kali menginjakkan kaki di Jakarta terlihat antusias dan menikmati gurauan dengan anak-anak meski sebatas bahasa tubuh saja.
“Yak! Hari ini kakak-kakak dari Jepang dan juga guru dari Jepang datang untuk bermain sepak bola bersama kakak-kakak dari UI dan dari Cikini. Hari ini spesial karena kita akan menyaksikan pertandingan persahabatan sepakbola Indonesia-Jepang. Oiya, semua sudah mandi?” Amira, mahasiswi UI membuka percakapan dengan anak-anak Cikini. “Sudaaaaah”. “Sip! Nah, adik-adik, biasanya buang sampah dimanaaaa? Hayooo?”
Sebagian menjawab dengan berbisik dan sebagian menjawab dengan senyum. “Yuk, sebelum kita siap-siap nonton kakak-kakak main bola, kita bareng-bareng bersihin sampah di Cikini. Kita bagi kelompok ya, lalu saling membantu mengumpulkan sampah dan taruh di tempat sampah ini!” Amira menunjuk tempat duduk yang memiliki dua fungsi, tempat duduk sekaligus tempat sampah. “Yuuuuukkkk! Asik! Habis ini nonton sepakbola kan ya kaaak? Mau liat kakak-kakak main bolaaaa!” Sahutan semangat dan antusiasme anak-anak memang natural dan membahagiakan.
Acara utama Sepakbola Cikini 2015 hari ini memang sepakbola. Seragam sepakbola dibagikan, spanduk tidak lupa dicetak, dan juga lapangan Universitas Bung Karno sudah siap untuk menjadi arena sepakbola. Namun, mengumpulkan anak-anak dan kelompok pemuda untuk kerja bakti membuat tempat sampah dan mengumpulkan sampah yang tercecer di sekitar Kampung Cikini adalah acara sampingan yang memiliki peran penting dalam memaknai edukasi. Anak-anak yang antusias menonton pertandingan diajarkan tentang pentingnya memerhatikan lingkungan sekitar.
Membuang sampah selalu menjadi isu yang sepele namun belum banyak menemukan solusi menjanjikan. Sistem pemilahan sampah yang belum ada memaksa lingkungan untuk terbiasa menampung sampah yang tercecer di sembarang tempat, tidak terkecuali di Kampung Cikini. Beruntungnya, sudah sekitar tiga bulan Kampung Cikini menerapkan aturan wajib buang sampah ke tempatnya kepada warga. Peraturan tersebut telah ditaati oleh sebagian warga Kampung Cikini.
Antusiasme yang hadir diharapkan dapat memberikan efek jangka panjang, bahkan mungkin hingga seumur hidup mereka. Kita masih ingat bukan, bahwa Indonesia Emas adalah 30 tahun lagi, 17 Agustus 2045, ketika anak-anak ini, para generasi penerus bangsa sedang berada dalam usia produktif, sedang menjadi tumpuan harapan pembangunan Indonesia di masa depan.