Mohon tunggu...
Lilin
Lilin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perempuan

Perempuan penyuka sepi ini mulai senang membaca dan menulis semenjak pertama kali mengenal A,I,u,e,o

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Satu Harapan

9 Februari 2024   21:31 Diperbarui: 9 Februari 2024   21:33 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Oke." Ia mengangguk cepat. 

Genggaman tangan ini terasa semakin erat dan hangat. Kebisingan suara bus kota, suara kondektur yang fals, teriakan marah penumpang yang diberhentikan jauh dari halte tujuan, sama sekali tak mengusik kebahagiaan kami. 

***

Kebahagian-kebahagian tak sabar untuk kita cecap berdua. Meskipun kecerobohan kecil sering hadir di antara kita dan hal itu membuatnya begitu menarik untuk kupelajari.

Sampai siang itu, ketika ia terjatuh di dalam rumah saat mengambil sebotol minuman untukku. Kedua kakinya tak bisa lagi bergerak, aku dan kakeknya berusaha membantu berdiri. Namun tetap saja tidak bisa. 

"Kenapa? Kakiku tidak bergerak?"

"Apakah itu sakit?"

"Ah ...." Ia hanya meringis kesakitan.

Dokter cukup lama memeriksanya. Cemas memenuhi ruang hati dan pikiranku. 

"Bagaimana hasilnya?" 

Kakek Rency tertunduk dan keluar ruangan dokter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun