Mohon tunggu...
Lilin
Lilin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perempuan

Perempuan penyuka sepi ini mulai senang membaca dan menulis semenjak pertama kali mengenal A,I,u,e,o

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Semesta dan Sajak Cinta Pertama

5 Desember 2021   17:30 Diperbarui: 5 Desember 2021   17:39 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semesta dan Sajak cinta Pertama

Dunia ini sama sekali tidak berubah, sekalipun begitu aku tidak pernah iri

Pada waktu itu aku tidak berniat loncat, ataupun mati. Namun tiba-tiba kakiku sudah melangkah. 

Andai saja bisa naik ke atas sana, aku khawatir tidak bisa melanjutkan perjalanan ke tempat yang lebih jauh. 

Dimana tidak ada orang-orang yang menjualku. Juga tidak ada mata yang menempatkan hidung sejajar dengan ujung mata kaki.

Tak ada rasa benci, tentunya tempat yang sangat indah. Ingin kupergi ke sana, sekedar melihat-lihat saja.

"Mesti lari kemana lagi, Ma?"

Menurutmu, di sini mana ada pembeda atas dan bawah. Yang ada hanya segerombolan orang-orang berwajah sama. Dengan mata putih dan berdada api. 

Bagaimana bisa menderita, dengan tangan selembut kapas, menyentuh secara langsung bisa membuat burung lupa untuk terbang. Anggun ... hangat ...

Cinta datang ke lubuk, terkadang secara sembunyi-sembunyi. Lalu berdiam selama-lamanya. Katamu setiap malam jelang lena mengerjaiku sendirian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun