Mohon tunggu...
Lilin
Lilin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perempuan

Perempuan penyuka sepi ini mulai senang membaca dan menulis semenjak pertama kali mengenal A,I,u,e,o

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suara Angin

10 Juli 2021   15:59 Diperbarui: 10 Juli 2021   17:33 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Silahkan nasi uduk, pecel lele sambal koreknya." Teriak perempuan muda berkuncir kuda tepat di samping dagangannya. 

"Sing mbok tawani sopo, Mbak 'yu?" tanya perempuan satu lagi penjual es cao dengan santainya mengipas-kipaskan topi bulat sebagai pengusir kegerahan siang ini. Mungkin lebih tepatnya mengusir kegelisahan yang coba memasuki dirinya sendiri.

"Yo sopo ae sing ora wedi corona," tukas perempuan penjual nasi uduk itu ringan. "Ni, menungso iku, corona ora corona rasa wedi mati iku mesti ono. Mbok yo ojo di gedek-gedeke." 

"Iyo sih, 'Yu, tapi bukankah pemerintah wis mulai menerapkan PPKM. Iku tandane kita kudu waspada marang corona sing marai wong iso mati." Perempuan yang dipanggil Ni itu sepertinya semakin tertarik dengan obrolan siang ini.

"Lah terus pemerintah kok ora ngongkon awak dewe waspada karo bencana kelaparan sing marai iso mati juga. Opo yo gak pilih kasih pemerintah iku?"

Semakin antusias rona wajah perempuan muda penjual es cao itu mendengar tanggapan temannya.

"Kok iso pemerintah pilih kasih?"

"Lah kalau orang dilarang keluar rumah, terus dagangane awak dewe ora payu, terus awak dewe bangkrut, ora iso dodolan maneh, bojo kerjaan kok prei. Anak ora iso mangan wareg, ora iso tuku susu, ora iso kecukupan imune opo yo ora podo mati kabeh?" Semakin jauh mata kedua perempuan itu menerawang jauh. Ingin berteriak tapi pada siapa? Ingin marah-marah tapi karena apa? 

"Wis lah, Ni. Yuk semangat. Nasi uduk, pecel lele sambel korek gratis teh panas ...." Kembali perempuan itu berteriak-teriak menjajakan dagangannya.

"Es cao, legen, gorengan tahu isi, ote-ote." Keduanya susul-menyusul menawarkan dagangannya meskipun tak ada satu orangpun yang lewat siang ini. Dalam hati keduanya terpupuk rasa ikhlas semoga saja angin membawa suara-suara mereka ke telinga orang-orang yang butuh makan dan lebih takut kematian karena kelaparan bukan hanya karena corona.

Suasana yang mencekam, kabar-kabar kematian dikumandangkan berkali-kali dari toa masjid. Dan suara sirine ambulance berkali-kali membuat siang itu kian terasa memanas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun