Menarik ketika seorang teman facebook saya men-share status facebook orang lain yang berjudul "Mengantri VS Matematika". Dalam artikel tersebut diceritakan tentang seorang guru SD di Australia yang berkata pada seorang Indonesia bahwa di negaranya, anak lebih diajarkan untuk bisa mengantri daripada pintar matematika. Suatu hal yang sangat terbalik bila dibandingkan dengan di Indonesia.
Bagi guru SD tersebut, mengajarkan anak untuk mengantri lebih sulit daripada mengajarkan matematika. Matematika yang hanya akan berguna bagi kehidupan menurutn guru itu hanya tambah, kurang, kali, dan bagi. Tidak semua anak dalam satu kelas ketika besar nanti membutuhkan matematika yang rumit-rumit, karena tidak semua anak dalam satu kelas akan jadi dokter, pilot, profesor, ilmuwan, ekonom, bankir, dan pekerjaan bertitel tinggi lainnya. Sebagian anak akan menjadi pelukis, penari, seniman, atlet olimpiade, dsb yang mungkin akan mempergunakan matematika sederhana. Tapi semua anak dalam satu kelas pasti perlu pelajaran yang namanya mengantri. Bagi guru SD tersebut, hanya butuh waktu 3 bulan intensif untuk mengajari anak tentang matematika, tapi butuh waktu 12 tahun untuk mengajari anak mengantri.
Mengantri memang mengajarkan banyak nilai-nilai positif, seperti bersabar, etika, sopan santun, penghargaan terhadap orang lain, tidak egois, dsb. Mengantri menunjukkan persamaan kedudukan, baik tua muda, kaya miskin, pintar bodoh, kalau sudah datang terakhir ya harus bersedia dilayani terakhir. Agaknya budaya antri ini memang budaya yang mahal di Indonesia. Entah beraa kali masalah dalam kehidupan terjadi, hanya gara-gara tidak mau bersabar mengantri. Orang Indonesia kebanyakan merasa dirinya sok penting dan mau didahulukan.
Saya awalnya merasa status teman saya tersebut bukan hal yang penting. Sebagai orang Indonesia kebanyakan, tentu lebih penting mengajari matematika bagi anak saya karena anda bisa cari uang dari situ, tapi anda tidak bisa cari uang dengan mengantri. Namun pikiran saya berubah setelah semalam. Saat saya sedang kebelet ke kamar mandi, saya berhenti di SPBU untuk mampir ke toilet. Antriannya kebetulan lumayan ramai, empat orang di depan saya. Ketika sudah tinggal satu orang lagi antrian. tiba-tiba datanglah seorang ibu-ibu berusia sekitar 40-an yang langsung menyerobot antrian orang di depan saya. Antrian di depan saya yang kebetulan anak muda usia belasan langsung marah-marah. "Bu, Ibu orang Indonesia apa bukan? Kok gak tahu antrian panjang begini". Dengan entengnya ibu itu menjawab "kebelet nak, ngalah sama yang tua lah", tanpa memperhatikan bahwa dibelakang dia masih ada 6 orang yg sedang antri, bahkan ada bapak-bapak yang lebih tua darinya. Saya pun sebenarnya mau marah juga, tapi ternyata remaja di depan saya lebih cerdas lagi, "Bu, antrian ibu ke kuburan itu sudah lebih dulu dari saya, sekarang ibu mau nyerobot antrian toilet saya". Tapi tetap dengan entengnya ibu itu gak peduli dan langsung masuk ke toilet yang kosong itu dan langsung menutup pintu. Langsung saja semua orang yang dibelakang saya langsung pada teriak-teriak. Setelah dia keluar, dengan wajah tenang dia berkata, "Antreee, wow kesuen!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H