Sudah menjadi pengetahuan umum kalau mi instan itu lebih nikmat buatan orang lain daripada buatan sendiri. Kenapa bisa seperti itu ya? padahal mi & bumbu sama, kalaupun mau recook cara masaknya hasilnya masih kalah nikmat. Ohya, Tetangga disini dimaksudkan warkop atau buatan orang lain ya, kebetulan tetangga saya warkop. Mungkin salah satu alasannya adalah karena cepatnya hidung kita beradaptasi dengan bau. Kok bisa begitu? Darimana teorinya?.
Salah satu kenikmatan dari merasakan makanan yang enak adalah peran indra penciuman yang memproses aroma makanan, sehingga saat kita makan akan terasa lebih nikmat dan menambah selera karena aroma tersebut. Coba ingat-ingat lagi ketika kamu sedang flu dan hidung tersumbat, pasti selera makan juga akan berkurang. Contoh lagi ketika berada di dalam pesawat, karena indra penciuman berkurang saat di pesawat, maka makan juga terasa kurang sedap.
Nah, apa hubungannya dengan kecepatan beradaptasi?
Pernahkah kamu berada di suatu tempat yang berbau menyengat?Â
Misal disebelah parit atau disebelah pasar ikan segar, pasti saat kamu pertama kali datang, hidung akan spontan mencium aroma baru dari tempat itu, namun jika kamu berada lama ditempat tersebut, secara ajaib kamu akan terbiasa dengan aroma tempat itu. Contoh lagi, kamu bisa peka dengan bau badan orang lain, tapi bau badan sendiri kurang peka, Ya kan?. Itu karena hidung sudah mencium aroma badan sendiri dalam waktu yang lama, jadi reseptor bau di hidung sudah terbiasa dengan aroma badan sendiri, tidak perlu mengenali atau mendeteksi lagi.
Sama dengan mi instant buatan orang lain. Saat orang lain memasak mi instan, misal kamu datang ke warkop hidung akan mengenali aroma baru dari luar, dan disinilah kamu akan mencium kenikmatan aroma khas mi instant. Berbeda dengan masakan sendiri, hidung sudah mempersiapkan dan mendeteksi aroma masakan kamu dari awal pembuatan sampai jadi, sehingga bukan aroma baru lagi. Jadi saat dimakan rasanya masih enak, tapi tidak senikmat buatan tetangga eh, orang lain maksudnya.
Ini hasil opini sendiri ya, bisa diterima atau tidak bebas, Semoga Bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H