Manusia selalu melakukan interaksi sosial setiap harinya. Aktivitas manusia sebagian besar merupakan interaksi sosial, kecuali manusia itu berada dalam satu dunia atau ruangan tersembunyi.Â
Namun hal itu pun tak dapat berlangsung lama atau pun sebelum hidup sendiri manusia telah mengalami interaksi sosial sebelumnya, yakni sejak lahir dalam satu keluarga. Lalu sebenarnya apa itu interaksi sosial?
Secara etimologis kata interaksi terdiri dari dau kata yang disatukan, yakni inter dan aksi. Inter berarti berbalas-balasan, sedangkan aksi berarti tindakan. Interaksi berarti tindakan berbalas-balasan. Interaksi terjadi apabila individu melakukan aksi, sehingga menimbulkan reaksi individu-individu lain.Â
Hal inilah akan menyebabkan terjadinya tindakan berbalas-balasan. Menurut Gillin dan Gillin Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar orang perorangan, antar kelompok-kelompok manusia maupun antar orang perorangan dengan kelompok manusia.[1] Itu berarti Interaksi sosial adalah suatu tindakan berbalas-balasan atau timbal-balik dari satu individu atau kelompok dengan individu atau kelompok yang lain. Â
Interaksi Sosial sebagai Sarana Berada Manusia Sosial
Setiap manusia mempunyai kemampuan untuk melakukan interaksi sosial. hal itu karena, interaksi sosial menjadi ciri kodrati manusia untuk berada atau bereksistensi. Hal ini seperti dikatakan oleh George Herbert Mead seorang guru besar psikologi sosial dan filsafat sosial di universitas Chicago Amerika Serikat bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan pihak-pihak lain.
[1] Kemampuan berinteraksi dalam diri manusia sebagai ciri kodrati dimungkinkan karena ada rasio. Kemampuan rasio secara teknis, untuk berpikir yang menuntun pada kesadaran. Seperti yang dikatakan Sartre, di dunia ini terdapat dua cara berada, yakni berada bagi dirinya dan berada pada dirinya. Berada bagi dirinya adalah kesadaran manusia. sedangkan berada pada dirinya adalah dunia materiil yang tampak padanya.
[2] Dalam hal ini Sartre sepakat dengan Husserl bahwa ada bagi dirinya adalah yang menuntun manusia sosial untuk selalu menyadari keberadaan manusia yang lain dan yang lain itu ada bagi dirinya.
[3] Sedangkan ada pada dirinya menunjuk bahwa yang lain di sekitar dirinya merupakan realitas yang tampak pada dirinya. Kesadaran yang muncul dari rasio yang berpikir membuat manusia lain disadari. Tapi bukan hanya sampai disadari melainka membangun suatau interaksi sosial.
Interaksi sosial didasarkan pada beberapa faktor, yakni faktor imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati serta empati.[4] Faktor imitasi adalah cara meniru orang lain. Ketika individu-individu saling bertemu maka baik disadari maupun tidak disadari mereka saling meniru. Tapi bahayanya, bisa jadi yang ditiru adalah hal yang negatif. Kemudian faktor sugesti yakni suatu pandangan atau sikap yang berasal dari individu satu bagi individu lain.Â
Faktor selanjutnya ialah identifikasi, yakni keinginan untuk menjadi sama dengan yang lain. Identifikasi lebih dalam dari imitasi, karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini. Faktor selanjutnya ialah simpati, yakni perasaan tertarik pada orang lain, sebagai bentuk ingin memahami dan bekerja sama dengan orang lain. Faktor yang terakhir ialah empati. Faktor ini lebih kepada bentuk tertinggi dari intersubjektivitas.Â