Terus terang, ketika adik saya bilang "Dee ngeluarin buku baru tuh!" Saya langsung bergairah ingin memiliki buku itu. Tapi apa daya belum sempat juga ke toko buku.
Lalu saya nitip minta dibelikan Madre ketika teman saya jalan-jalan ke pesta buku awal Juli kemarin. Tapi bukannya mau saya ganti uangnya dia malah memberikan saya buku Madre, katanya sebagai hadiah kenang-kenangan. Wah antara tidak enak sama girang dapet buku itu.
“Kok?” tanya saya masih sambil nyodorin uang gantinya.
“It’s Birthday gift!” kata teman saya "Abizz aku bingung mau hadiahin Mba ultah kemarin apa, mumpung Mba kepengen."
Hehe akhirnya saya terima deh hadiah Madre nya..Thanks ya Nengnong..:-)
Sejak buku Supernova saya sudah jatuh cinta dengan tulisan Dee lestari. Buku-buku Dee selalu meninggalkan sesuatu yang saya sulit lupa. Selalu membuat saya terpesona, bahkan jatuh cinta berkali-kali.
Sejak kemunculan pertama kali dengan Supernova nya saya sudah jatuh cinta. Ketika Dee sempat launching Supernova di gedung MIPA UI saat itu saya masih tingkat pertama kuliah fisika saya, beberapa teman saya sempat ribut dan heboh tapi saya belum tertarik sama sekali, bahkan ketika patner lab saya tergila-gila dengan supernova dan omongan dia hanya seputar itu, saya juga masih belom ‘pengen’ baca. Tapi ketika di kosan, teman sebelah kamar saya bawa-bawa buku itu ke kamar, dan bilang itu buku keren. Akhirnya saya mendaftarkan diri juga ngantri buku dia, dan rela-rela aja jadi urutan terakhir..Wabah Supernova menyebar cepat sekali!
Itulah pertama kali saya membaca karya Dee dan saya membenarkan kata-kata teman saya kalau itu emang Keren! Bahkan saya masih ingat kutipan yang paling saya suka "Momentum tidak dapat dikejar, ia hadir. begitu ia lewat, ia bukan lagi sebuah momentum, ia menjadi sebuah kenangan. dan kenangan tidak akan membawa anda kemana-mana. kenangan adalah batu-batu diantara aliran sungai,kita harusnya jadi arus,bukan jadi batu." Saya kuliah fisika bertahun-tahun dan sudah hapal betul rumus momentum tapi sama sekali gak kepikiran akan filosofi momentum kayak kata-kata di atas..
Kenapa ya, saya sempat berfikir kalau bukan karena Something that called Gift kayaknya orang susah nulis kayak gitu..:-)
Setelah itu buku dee jadi list pertama saya kalau dia sedang mengeluarkan buku terbarunya. Perahu Kertas, buku yang saya gak pakai mikir untuk menyambar langsung dari tumpukan buku baru di Gramedia dan langsung masuk kantong belanjaan saya..:-) Atau ketika membaca filosofi kopinya, saya benar-benar jatuh cinta dengan prosa-prosa yang ada di sana. Terlebih dengan Rectoversonya..Akhh!
Pokoknya Dee penulis wanita favorit saya di Indonesia ini..^_^ (Semoga gak alay!). Buku-buku Dee membuat saya mimpi pengen bisa nulis kayak gitu..^_^. Atau mimpi pengen punya guru nulis mba Dee..hehe.
Dan Madre, buku Dee yang lain yang membuat saya terpesona. Saya senyum-senyum sendiri ketika membaca buku itu di kereta, membayangkan karakter Mei yang kakinya gak bisa diam kayak tukang jahit atau Tansen yang bertampang urakan dan gembel malah sangat perhatian terhadap keadaan karyawan-karyawan yang sudah tua. Saya hanya menghabiskan sehari semalam (tidak terus-terusan juga) untuk menyelesaikan Madre. Tapi saya berharap belum selesai. Ketika membaca halaman terakhir ‘Mengejar Layang-Layang’ (Favorit saya banget di buku ini setelah Madre), saya ngarep sisa bacaan saya jadi lebih tebel. Tapi nyatanya dah ampir selesai..:-( Kalo bisa kayak di konser minta-minta lagi “I want more!” mungkin saya bakal loncat-loncat kegirangan..tapi nyatanya emang dah abis tuh halaman..
“Cinta dan sahabat. Sahabat dan cinta. Itulah jiwa yang terpecah dengan sederhana. Sisanya fana…”
(Damn Right..)
Tapi tulisan Dee selalu berkesan abadi buat saya! ^_^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H