Â
Mungkin, mungkin ya... Bagi sebagian orang, apa yang ku rasakan dan mau ku ceritakan ini adalah masalah kecil. Kalau cuma satu orang saja yang merasakan, baiklah ini masalah kecil. Tapi kalau sepuluh, puluhan, bahkan ratusan orang, atau bisa jadi ribuan orang mengalami hal kecil ini, pastilah ini akan menjadi masalah besar.
Ceritanya begini. Pada Minggu, 13 Desember 2015 lalu, saat menunggu penerbangan ke Medan di Gate 5 Bandara Internasional Hang Nadim, Batam, aku mencari kesibukan melupakan jenuh menunggu. Setatapan mata, ku lihat semacam toko yang menjual Koran Sindo dan Harian Umum Media Indonesia terbitan Minggu, 13 Desember 2015. Ku datangi dan ku ambil satu ekslempar Media Indonesia.
Â
Â
"Berapa ini?" tanya ku pada laki-laki penjaga toko.
"Rp 7000 kak," katanya.
Aku lihat harga ecerannya Rp 3500, dalam hati bergumam harga di bandara memang harus naik dua kali lipat. Baiklah! Aku mengambil satu ekslempar lagi koran Sindo, untuk yang ini, harga ecerennya tertulis Rp 2000.
"Jadi berapa semuanya," tanya ku.
"Rp 14.000 kak," aku langsung mengernyitkan kening.
"Sindo-nya jadi berapa harganya?" tanya ku lagi
"Sama, Rp 7000 juga,' jawabnya cuek.
Â
Aku tak mau memperpanjang masalah, mau tidak jadi membeli, sedari awal sudah ku baca peringatan di keranjang tempat koran di pajang 'ambil berarti beli'. Maka aku harus konsisten. Selesai acara bayar membayar, aku duduk membaca di bangku ruang tunggu. Tak lama, terdengar pemberitahuan bahwa penumpang tujuan Medan di persilahkan naik ke pesawat.