Linda menunduk, "Kakek sudah pergi untuk selamanya, Rion. Tiga tahun yang lalu, karena itu lah aku bertemu kalian di kampus ini."
"Kau merencanakan semuanya sejak tiga tahun lalu? Tapi kenapa baru sekarang kau menceritakannya." Mira juga terlihat sedikit marah sekarang.
"Karena aku menunggu saat yang tepat, ketika kalian sudah siap menerimanya."
"Apakah sekarang waktu yang tepat, Lin?" Aku bertanya kasar.
"Aku tidak tahu ini tepat atau tidak, Rion. Tapi aku merasa aku harus mengatakannya sekarang. Sebelum semuanya terulang lagi."
"Terulang, lagi?" Mira bertanya heran, melupakan sejenak amarahnya tadi.
Linda menatapku, "Maaf, Rion, tapi aku harus memberitahu Mira." Dia sekarang menatap Mira, "Mir, sebelum semua terlambat, aku harus mengatakan ini. Rion mencintaimu. Pikirkanlah, jangan sampai masa lalu itu terulang kembali. Aku tahu kau juga menganggapnya lebih dari sekedar teman. Aku harus pergi, tugasku sudah selesai." Linda menyambar tasnya cepat, bergegas melangkah keluar. Aku menoleh ke Mira, Mira masih diam, dia mungkin masih mencerna semua yang baru saja didengarnya.Â
Aku berdiri melangkah menuju gerobak, membayar semua makanan yang dipesan juga minumannya. Kemudian kembali lagi ke meja, mengambil tas, sebaiknya aku juga pergi.
"Apakah itu benar, Rion?"
Gerakanku terhenti, Mira menoleh ke arahku. Aku mengangguk pelan. Mira berdiri, kami sekarang saling berhadapan.
"Kenapa kau tidak mengatakan itu sejak awal." Dia melepas cincin di tangannya, dan melemparkannya ke arahku.