"Aku hanya bilang bersin, Rion. Bukan bersin-bersin. Aku baik-baik saja." Dia sedikit tertawa, membuat matanya berair.
"Kamu langsung pulang, Lin?" Aku bertanya saat Linda mengambil tasnya dari kursi.
Dia mengangguk, "Tidak ada kelas lagi hari ini, juga tidak ada yang ingin kulakukan di kampus."
"Mau makan bersamaku? Anggap saja sebagai bayaran atas curhatanku tadi."Â
"Aku temanmu, Rion. Tidak ada bayar-bayaran dalam pertemanan."
"Baiklah, kalau begitu anggap saja aku mentraktirmu karena ..."
Linda menunggu lanjutan kalimatku.
"Tiga bulan lagi ulang tahunmu." Aku tertawa, Linda juga tertawa, tapi dia mengangguk.
***
Kami berdua berjalan menuju kantin kampus. Linda yang mengusulkan tempatnya. Tadinya sih aku mau mengajaknya ke kafe kampus, tapi dia menggeleng bilang mahal, lebih baik ke kantin. Aku menyetujuinya--mengingat aku yang akan membayar semua makanannya, tentu saja aku langsung setuju dengan idenya, hehe.Â
Kantin kampus kami tidak seperti kafe kampus, meski sama-sama memakai nama kampus. Kantin itu sederhana, terdiri dari berbagai macam gerobak makanan dan abang-abang penjualnya. Memesan makanannya pun mudah, tinggal datang, bilang ke abangnya ingin mesan ini, itu, kemudian duduk, dan tidak lama setelahnya makanan akan datang, dengan aroma sedap yang menggugah selera.