Meninggalnya Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih mengingatkan aku akan meninggalnya Kakak perempuanku yang meninggalnya juga karena kanker paru pada bulan september 2011 lalu, yang begitu menyedihkan dan akan selalu aku ingat. Kakakku mengalami batuk yang lama dan telah berobat ke dokter spesialis paru pada pemeriksaan awal dia di bilang ada yang tidak wajar di parunya mungkin dia kena kanker paru tapi itu perlu pemeriksaan yang lebih dalam, tetapi Kakakku shok duluan dan dia sangat terpukul oleh diagnosa dokter tersebut, dia disuruh dokter tersebut periksa darah lengkap dan banyak lagi karena kalau ini memang kanker, ini masih stadium awal kemungkinan masih bisa di obati. Tapi karena Kakaku takut duluan dia tidak mau meneruskan pemeriksaan bahkan suaminya dan keluarga yang lain membujuknya dia tidak mau. Tetapi dia ingin memeriksakan ke dokter spesialis paru yang lain setelah di periksa, dokter paru tersebut hanya bilang bahwa kakak saya terserang TBC, maka diobatilah kakak selama 6 bulan selain berobat 6 bulan tersebut kakak saya juga minum obat tradisonal bahkan juga ke dukun yang sangat menguras kantong. Tetapi pengobatan tersebut tidak menghasilkan apa-apa yang ada kakakku bertambah parah. Setiap kali berobat ke dokter diuruh opname ke rumah sakit dia menolak karena takut. Dia mengganti lagi dokter dengan dokter paru yang lain, dan hasilnya memang dia terkena kanker paru, dan baru dia mau disuruh opname ke rumah sakit. Tetapi hasil dari laboratorium dia sudah terkena kanker paru stadium.4 . Selain berobat ke dokter kakakku juga berobat ke alternatif, kalau sembuh entah obat di kasih Tuhan yang mana yang dapat menyembuhkannya. Setiap kali berobat aku selalu ikut mengantarnya, kalau ke dokter aku juga ikut masuk dan aku selalu melihat air yang bercampur darah di dalam parunya di sedot dokter dengan jumlah yang sangat banyak setelah itu di masukan obat anti kanker kata dokter untuk mengeringkan. Dokter juga berbicara pada kami suaminya dan saya sebagai keluarganya, obat ini bukan untuk menyembuhkan hanya sebagai memperpanjang hidupnya, memang hidup dan mati di tangan Tuhan tetapi manusia cuma bisa mengira-ngira karena melihat keadaan kakak saya paling lama katanya hidupnya cuma 2 bulan lagi, nah selama 2 bulan tersebut buatlah dia sebahagia mungkin, dan sekali lagi kata dokter manusia cuma bisa mengira-ngira teruslah berdoa dan berusaha untuk kesembuhan kakak saya walau itu kemungkinan hanya 10 %. Dalam sisa waktu hidupnya dia selalu berobat baik ke dokter maupun obat alternatif. Dokter tidak merekomendasikan untuk di kemotrapi karena selain mahal harganya juga akan menambah penderitaanya setelah 4 bulan pengobatan (meleset dari perkiraan dokter yang bilang harapan hidupnya 2 bulan) dan seharusnya jadwal berobatnya malam nanti tetapi paginya kakak saya sudah di panggil tuhan. Dari sini aku juga mendapat banyak pelajaran. 1. Ketakutan yang berlebih akan menghalangi kita untuk mencapai kesembuhan/keberhasilan. 2. Deteksi dini penyakit yang kita derita akan memudahkan dalam penyembuhannya 3. Manusia hanya bisa berencana dan mengira-ngira tetapi Tuhanlah yang menentukannya 4. Bersiap-siaplah menghadapi kematian yang kedatangannya pasti dengan membekali diri dengan ilmu agama, dan keimanan yang kuat kepada Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H