Film Argo adalah film karangan sutradara Amerika, Ben Affleck yang rilis pada 22 Maret 2013. Film ini menceritakan drama penyelamatan staf kedutaan Amerika di Teheran Iran. Bagaimanakah ceritanya? Langsung ke pembahasan. Film ini dibuka dengan adegan revolusi Iran yang menggulingkan Shah Reza Pahlevi yang dianggap pro Amerika. Revolusi ini dipimpin oleh Imam Besar Syi'ah Ayatollah Ali Khamenei. Setelah revolusi, masyarakat Iran menunjukkan sifat anti Amerika. Hal ini dibuktikan dengan demonstrasi besar-besaran di luar kedutaan besar Amerika di Teheran. Mereka menuntut agar bisa memasuki gedung kedutaan. Namun usaha mereka dihadang oleh para petugas keamanan. Namun para demonstran tidak kehabisan akal, mereka membawa gunting besar untuk memotong gembok dan rantai sehingga bisa dengan mudah memasuki gedung kedutaan. Pasukan keamanan pun langsung menembakkan gas air mata ke arah demonstran.
      Sementara itu di dalam kantor kedutaan, sejumlah pegawai dan staf mencoba memusnahkan ribuan dokumen rahasia. Awalnya mereka hendak memakai tungku pembakaran. Naas, tungku itu rusak sehingga membuat mereka mau tidak mau harus menghancurkan dokumen dengan perobek kertas biasa. Para demonstran berhasil menguasai gedung kedutaan dan berhasil menyandera 66 pegawai kedutaan di sandera sementara 6 orang lainnya berhasil kabur lewat pintu belakang dan bersembunyi di rumah Duta Besar Kanada. Sementara itu di Amerika, agen CIA Tony Mendez dipanggil atasannya untuk membahas 6 orang pegawai Amerika yang saat ini terjebak di Kedutaan Besar Kanada. Mereka mengusulkan berbagai cara seperti menyelundupkan mereka dengan sepeda melalui jalan tikus menuju Turki. Namun usulan ini tolak oleh Tony yang beranggapan jika cara itu penuh resiko dan lagi musim dingin yang ekstrim. Sementara itu di Teheran, rakyat Iran menuntut agar Amerika memulangkan Shah Reza untuk di adili di Iran karena dianggap telah melakukan pelanggaran HAM dan kejahatan kemanusiaan selama memerintah.
      Tony kemudian pulang dari rapat. Hubungan Tony dan istrinya sedang renggang dan ia harus pisah ranjang. Di rumahnya, Tony menelepon anaknya untuk berbincang mengenai film yang sama-sama mereka tonton. Dari percakapan itu, Tony memiliki ide untuk menyelamatkan para sandera. Di rapat CIA, Tony mengusulkan untuk membawa pulang para sandera dengan menyamar menjadi kru film bodong asal Kanada. Kebetulan Tony punya kenalan di Hollywood, John Chambers. Tony kemudian diperintahkan atasannya untuk segera terbang ke LA. Di LA, John dan Tony bertemu. John mengatakan jika ingin misi itu mulus, maka harus dibuat-buat seolah-olah membuat film sungguhan. Maka itu dibutuhkan rumah produksi, naskah, dan pemeran. Tony kemudian mengobrak-abrik kamar John Chambers dan menemukan naskah film Argo dengan setting Timur Tengah. Tony dan John kemudian membeli naskah film kacangan itu dengan harga yang murah meriah.
      Setelah persiapan matang, Tony kemudian terbang ke Turki. Di Turki, ia bertemu dengan seorang agen yang menjelaskan sistem pemeriksa keamanan di Iran. Tony kemudian menuju Kedutaan Besar Iran di Ankara untuk meminta visa. Sesampainya di Iran, ia langsung bergerak menuju Kantor Kementerian Kebudayaan Iran untuk meminta izin pembuatan film. Setelah itu Tony kemudian bergerak ke rumah dubes Kanada. Di sana, ia meminta semua pegawai untuk menjadi pemeran film agar mereka bisa keluar. Salah satu orang berusaha menolak karena takut, namun Tony berhasil menenangkannya. Keesokan harinya Tony menuju lokasi syuting, ditemani dengan perwakilan dari Kementerian Kebudayaan Iran. Tanpa di sadari oleh mereka, ada mata-mata yang memotret mereka. Sementara itu di kantor kedutaan Amerika, anak-anak ditugaskan untuk menyusun potongan-potongan kertas yang sudah dihancurkan. Dari dokumen-dokumen yang berhasil mereka perbaiki, ditemukan adanya pegawai yang hilang. Oleh karena itu mereka berusaha untuk mencari pegawai yang hilang tersebut.
      Sementara itu sehabis syuting, Tony mendapat kabar yang mengatakan jika operasi Argo dibatalkan. Presiden Carter lebih memilih jalur militer dengan menggunakan Delta Forces. Namun Tony berusaha untuk meyakinkan atasannya jika operasi ini akan berhasil. Tony kemudian mengambil keputusan besar. Keesokan harinya ia menelepon atasannya dan mengatakan jika ia yang akan melakukannya sendirian. Mendengar hal itu atasan Tony kaget bukan kepalang. Ia mencoba untuk mengaktifkan kembali tiket Swissair mereka yang sebelumnya dibatalkan. Namun hal itu perlu ada persetujuan Presiden Carter. Sementara Tony dan enam pegawai Amerika bersiap-siap menuju bandara, sedangkan Dubes Kanada dan istrinya akan kabur menggunakan kereta menuju Turki. Pembantu mereka, yakni Sahar sudah diberangkatkan terlebih dahulu menuju Irak. Di Bandara, nama Kevin Harkins, yakni nama samaran Tony tidak terdeteksi. Di Washington, Jack, atasan Tony akhirnya bertindak dengan mencari nama sekolah anak Hamilton Jordan, tangan kanan Jimmy Carter. Operator Gedung Putih kemudian menyambungkannya ke Jordan dan langsung berbicara mengenai operasi yang dijalankan. Sementara itu nama samaran Tony berhasil muncul, mereka pun lolos step 1.
      Step kedua, Tony dan enam pegawai harus melewati sejumlah pemeriksaan. Pertama adalah pemeriksaan paspor, kedua adalah pemeriksaan visa, dan ketiga adalah interograsi dari Garda Revolusi Iran. Pada pemeriksaan pertama dan kedua, mereka lolos, namun saat pemeriksaan kedua terdapat sedikit kendala, namun bisa diatasai dengan menunjukkan surat izin kementerian. Di pos ketiga, mereka sempat dicurigai, namun berkat adanya seorang pegawai yang fasih berbahasa Persia membuat mereka lolos. Sementara itu gedung Kedutaan Amerika, para tentara menemukan fakta jika kru film Kanada ternyata adalah enam pegawai kedutaan Amerika yang mereka cari. Mereka pun langsung melabrak rumah Dubes Kanada dan menemukan jika rumah itu sudah kosong melompong dan sebuah telepon yang dirusak untuk menghilangkan jejak. Mereka pun langsung menelpon rekan mereka di Bandara. Di Bandara, para tentara yang sadar mereka kecolongan langsung bergerak cepat. Tony dan 6 pegawai itu pun berhasil masuk ke pesawat Swissair. Mereka pun akhirnya bisa lega setelah pengumuman pramugari yang mengumumkan jika pesawat sudah keluar dari wilayah udara Iran. Kegembiraan pun terpaut di wajah enam pegawai tersebut. Sementara itu di LA dan Washington, semua orang yang terlibat sama-sama senang melihat kesuksean Tony.
      Untuk menjaga kerahasiaan, pemerintah Kanada dianggap sebagai penyelemat keenam pegawai itu. Warga Amerika mengapresiasi Duta Besar Kanada atas usahanya dalam menyelematkan keenam pegawai kedubes Amerika. Sementara Iran menyatakan bermusuhan dengan Kanada yang dianggap telah melecehkan kedaulatan Iran. Tony pun mendapat apresiasi dari Presiden Carter atas usahanya. Namun karena operasi itu rahasia, maka penghargaan itu pun diberikan secara rahasia. Namun yang terbaik bagi Tony adalah ia bisa diterima lagi oleh anak dan istrinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H