Mohon tunggu...
Mega Widiyahwati
Mega Widiyahwati Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Planologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

UMK Naik, Wajah Surabaya Berubah

29 Desember 2014   20:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:13 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keputusan Gubernur Soekarwo dalam menaikkan UMK Surabaya hingga 23% mulai menyita perhatian publik, khususnya saya sebagai Mahasiswa yang hampir 2 tahun menempuh pendidikan di kota pahlawan ini. Seperti yang ditulis oleh berbagai media surat kabar, pada tahun 2015 Surabaya akan menjadi kota dengan UMK tertinggi yakni mencapai 2.710.000. Lebih besar daripada UMP (Upah Minimum Provinsi) DKI Jakarta yang ‘hanya’ 2,7 juta. Hal ini membuat saya bangga sekaligus prihatin. Bagaimana tidak? Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta.Dengan infrastruktur yang cukup memadai, tentunya Surabaya memiliki daya tarik tersendiri untuk mereka yang ingin menyambung hidup.

Apalagi karena letaknya yang strategis, Surabaya menjadi kota yang menyanggah kota kota di sekitarnya seperti Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Sidoarjo, dan Lamongan. Selain itu, letaknya yang strategis menempatkan Surabaya sebagai pusat kegiatan ekonomi yang bersifat dinamis. Layaknya Jakarta, Surabaya juga menjadi kota yang dituju untuk sekedar mencari sesuap nasi.

Seperti yang ditulis oleh H.W Dick dalam bukunya yang berjudul “Surabaya City Of Work: A Socioeconomic History, 1900-2000,”, Surabaya memang menjadi kota tempat bekerja. Sebagian besar masyarakat yang bekerja di Surabaya bukan orang asli Surabaya, melainkan berasal dari kota disekitar Surabaya seperti Gresik, Sidoarjo, Madura, ataupun Mojokerto. Itulah yang menyebabkan kota yang terbagi menjadi 31 kecamatan dan 163 desa/kelurahan ini kaya akan budaya. Mereka pergi ke Surabaya pada pagi hari dan pulang pada sore hari. Terkadang ada juga yang bekerja di Surabaya pada hari Senin-Jum’at dan pulang ke kampung halaman saat weekend. Migrasi commuter semacam ini membuat pola pergerakan lalu lintas semakin padat. Selain itu, perhitungan jumlah penduduk menjadi tidak jelas.

Mengingat kedua hal tersebut, kenaikan UMK tentunya memberikan dampak yang cukup jelas. Karena ketika ada bunga, maka pasti akan ada lebah. Kenaikan UMK akan semakin mengundang masyarakat disekitar Surabaya untuk berbondong bondong mengadu nasib.. Hal ini akan menimbulkan masalah baru terkait jumlah penduduk Surabaya yang meningkat 1,86 persen pertahunnya.

Dengan luas wilayah sekitar 274,06 Km2 mampukah Surabaya menampung jumlah penduduk lebih banyak lagi? Tidak dapat dipungkiri, bahwa kenaikan UMK pasti akan meningkatkan jumlah penduduk yang datang. Baik untuk menetap maupun untuk sekedar singgah. Selain itu, kebutuhan akan lahan juga akan terus meningkat. Sehingga pada akhirnya akan menyebabkan alih fungsi lahan. Akan semakin banyak permukiman permukiman liar yang menjadi masalah berat bagi perkotaan. Mereka yang datang ke Surabaya dengan bermodal tekad tanpa adanya keahlian akan bertahan hidup dengan cara membangun rumah dibantaran sungai atau di tepi rel. Selain mengurangi estetika kota, pertumbuhan permukiman yang tidak direncanakan ini cukup sulit untuk dikendalikan.

Selain munculnya permukiman liar, masalah lain sebagai akibat peningkatan jumlah penduduk adalah pemekaran kota, masalah perumahan, masalah sampah, masalah bidang lalu-lintas, masalah kekurangan gedung sekolah, masalah terdesaknya daerah persawahan di perbatasan luar kota dan masalah administratif pemerintahan.

Hal tersebut tentunya membuat kepala kita pening. Permasalahan jumlah penduduk seolah tak pernah berujung. Kenaikan UMK akan menjadi tantangan yang cukup besar bagi pemerintah kota Surabaya. Siap atau tidak siap, Surabaya akan menjadi target para urbanis. Cepat atau lambat wajah Surabaya akan berubah. Entah menyerupai Jakarta atau lebih parah dari itu, entahlah. Tapi yang jelas, Surabaya akan selalu menjadi rumah ternyaman bagi penghuninya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun