Keadilan Sosial dan Kesejahteraan Para Pekerja Khususnya Perempuan.
1 Mei diperingati sebagai hari Buruh atau Mayday. Hanya seremonial saja atau adakah momentumnya untuk para pekerja tersebut?
Berbicara mengenai buruh, maka yang terlintas di benak adalah pekerja yang mengandalkan kekuatan fisik seperti mengangkat, memindahkan, atau memproses barang, atau administratif. Golongannnya bisa saja karyawan usaha manufaktur, pabrik bangunan, pertanian, perkebunan, peternakan, industri dan sebagainya.
Para buruh berjuang memperkuat solidaritas melalui berbagai organisasi untuk mencapai hak-hak  mereka yang adil. Katakanlah upah yang pantas, jam kerja yang sesuai, kondisi kerja yang aman dan sehat serta dukungan lainnya.
Masalah yang dihadapi para buruh bukan itu saja. Perbedaan gender dan ekploitasi terhadap buruh kaum perempuan masih menjadi masalah klasik yang tak pernah tuntas. Buruh wanita memegang beban yang lebih berat dan ganda. Sebagai wanita dengan segala kodratnya yang berperan juga sebagai ibu rumah tangga. Perempuan bekerja sebagai buruh terkadang ia tidak boleh menikah, cuti hamil dan melahirkan, apalagi cuti haid, peluang kerja juga terbatas dan diskriminasi, pelecehan dan kekerasan bagi kaum hawa.
Bagaimana keberpihakan pemerintah, penyedia kerja, perusahaan dan pabrik menyikapi hal ini? Entahlah? Sampai saat ini mandeg ataukah ada langkah menuju ke arah yang diinginkan oleh para buruh khususnya buruh perempuan.
Ini puisi atau goresan tanganku untuk sang pejuang.
Tulang punggung dan tulang rusuk saling banting tulang.
Ekonomi sulit, harga jauh tinggi ngebanting menjulang.
Kebutuhan hidup banyak yang genting menjelang.