Mohon tunggu...
Megawati Sorek
Megawati Sorek Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 003 Sorek Satu Pangkalan Kuras Pelalawan Riau

Seorang guru yang ingin menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anak Remaja Berkalung Sesal

5 Maret 2023   17:40 Diperbarui: 5 Maret 2023   17:45 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sutinah  seorang janda yang memiliki usaha membuka warung kecil menjual kebutuhan sehari-hari  di depan rumah . Kehidupan mereka bisa dibilang sangat sederhana. Rumah  yang terbuat dari kayu papan yang juga sudah lama, serta mulai lapuk.  Mereka hanya hidup berdua karena sejak Adi di kelas empat SD ibu serta ayahnya bercerai. Ayahnya pun telah menikahi janda beranak satu dan hidup di desa sebelah. Saat ini Adi telah remaja dan duduk di kelas XI SLTP. Tak lama lagi akan melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Ibunya selalu berusaha giat bekerja, sebagai single parent, Sutinah menyadari sayapnya tak lagi dua, sayap itu telah patah. Terkadang Ia membagi waktu mengambil upah mencuci dan menyetrika di rumah tetangga. Ayah Adi hanya sesekali datang menjenguk Adi dan memberi sedikit uang . Karena ayahnya hanya seorang buruh bangunan.

"Buruan! tolongin Mak, Nak, hari sudah semakin siang, karena hari Minggu, Mak tak sempat masak, nanti beli di Ampera  Uda Feri tu saja ya. Kerjaan cucian dan gosokan udah nunggu juga tuh," jelas Sutinah. Wanita itu membuka pintu tempat usahanya, lalu meraih sapu lidi dan menyapu tanah halaman yang banyak bertebaran dedaunan.

"Iya, Mak" Adi menyahut sambil mengangkat kertas kardus yang berisi barang. Memang biasanya, setiap hari Minggu maknya belanja untuk mengisi modal barang warungnya. Serta menyusunnya pada rak-rak.

"Ambil uang di laci belilah sarapan atau udah makan siang namanya ya, udah siang ini soalnya!" Gurau Sutinah sambil terkekeh.

"Makanya jangan begadang terus tiap malam, jangan main hp aja kerjaan, berat mak belik paket kuota internetmu, Nak. Itu kan untuk daring bukan untuk main games saja" jelas Sutinah memandang lekat ke wajah Adi. Membuat Adi tidak nyaman dengan nasihat Ibunya. Adi berpikir ibunya belum tahu sih bagaimana serunya bermain M*bile leg*nd yang terkadang memang menghanyutkan dan lupa segalanya itu.

 "Dari pada keluyuran nggak jelas mending Adi main hp Mak," sanggah Adi. "Nggak payah, ke Ampera lagi Mak. Dah lapar pun. Masak mie rebus ma telor aja lah." Jawab Adi mengambil benda tersebut yang tersedia di kedai mereka.

"Masaklah! jangan lupa kompor di matikan siap masak tu!" Sutinah mengingatkan.

"Iya, Mak." Lirih  remaja kurus tersebut dengan wajah malasnya berlalu menuju ke rumah

"Jangan lupa kompor dimatikan, Di!" kembali wanita berjilbab lebar  itu berteriak lantang ketika Adi melewati pintu masuk rumah, mengingatkan kembali  karena Adi selalu saja masak hampir gosong.

"Iya ... ck"  sahut Adi sambil mengerutu.

Adi mengambil kuali kecil mengisi dengan air, mencetekkan kompor, ketika menunggu air mendidih. Teringat akan ponselnya yang belum sempat Ia sambung colok cas ketika bangun tidur tadi, karena hpnya pasti lowbat akibat malam tadi bermain games lama. Gegas  Ia  beranjak menuju kamar, meraih ponsel serta mencolok casnya. Memeriksa notifikasi yang muncul pada media sosialnya sebentar. Mengklik games  malam tadi yang masih mengantungkan rasa penasaran. Ia terlena berasyik masyuk dengan dan lupa akan kompor. Tercium bau hangus benda terbakar. Adi  terkesiap, berlari ke dapur dan Ia dapati asap sudah memenuhi ruangan dapurnya yang sempit. Api mengepul memakan dinding belakang kompor, terus merayap membesar. Adi terdiam sesaat bingung apa yang harus dilakukan. Panik! Berlari dengan cepat ke kamar mandi mengambil seember air serta gayung, dengan cepat ia menyiram api yang makin menjadi. Terbatuk-batuk dan pandangannya buram karena asap, telinganya menangkap suara kayu yang meretih disusul bunyi ledakan dari tabung gas melon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun