Adi terus berlari, dengan tubuh yang berkeringat, serta ketakutan yang menyergap. Napasnya memburu di lorong gelap yang panjang tak berujung, Ia seorang diri berlari hingga lelah kehabisan energi. terduduk bersimpuh tertunduk. Menghirup oksigen dengan sekuat tenaga, Ia merasa baru saja dikejar makhluk yang besar dan hitam. Kedua tangannya meremas rambut yang basah oleh peluh. Ketika Ia mengangkat kepala dilihatnya beberapa langkah dari hadapan,  Ibunya  datang menghampiri dengan tatapan sendu, menyiratkan kesedihan mendalam. Bibirnya bergetar ingin mengucapkan sesuatu. Tiba-tiba Ibunya hilang menjadi bayangan yang hancur seperti serpihan yang ditiup angin. Adi terkejut berlari dengan cepat berusaha merengkuh bayangan yang hilang tetapi tangannya hanya mencapai angin.
Terasa tubuh Adi digoncang, Ia mendengar suara Ibunya.
"Adi! Bangun!" Sutinah menarik selimut Adi.
"Ya, Mak!" Jawab Adi langsung terlonjak, mengambil posisi duduk bersandar pada dinding rumah. Mengumpulkan kesadarannya serta menyadari baru saja mengalami mimpi buruk.
"Kenapa? Mimpi buruk, aneh mukamu?" tanya Sutinah.
Adi hanya menganggukan kepalanya yang terasa berat, karena rasa ngantuk dan kurang tidur. Malam Minggu dihabiskan dengan candu bermain games. Tidur hingga larut, hampir mendekati azan subuh berkumandang  barulah matanya terlelap.
"Bangun! udah jam 11.00 siang ini, tolongin Mak, angkat barang dan menyusun belanjaan kedai." Â Sutinah menepuk bahu Adi lalu berlalu.
Adi masih duduk tercenung mengucek mata, dengan masih memikirkan mimpi aneh tadi, apakah ada arti tersembunyi atau hanya kembang tidur semata pikirnya.
"Adiii!" Terdengar jeritan dari luar, Ibunya yang sedari tadi menunggunya di warung.
"Iya, bentar, ah" sahut Adi seraya beranjak berdiri menuju ke luar menuju arah suara teriakkan Ibunya. Kakinya ia hentakkan dengan rasa kesal.  Wajah anak remaja itu pun  menunjukkan raut masam.