Mohon tunggu...
Megawati Sorek
Megawati Sorek Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 003 Sorek Satu Pangkalan Kuras Pelalawan Riau

Seorang guru yang ingin menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mendadak Cinta

1 Maret 2023   15:29 Diperbarui: 1 Maret 2023   15:30 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri : Koleksi Megawati Sorek

Aku memasuki ruang praktek dr. Arios Zulfando, Sp.OT. Ia memintaku untuk menggantikannya karena mendadak ada keperluan mendesak. Sebagai juniornya aku tak mampu menolaknya. Padahal sebenarnya aku ada acara pesta para kawula muda di salah satu villa rekan kerja. Begitulah kami menghilangkan rasa jenuh dan stres dengan pekerjaan yang padat. Di usiaku yang telah kepala tiga lebih aku lebih memilih hidup bebas. Tak ada niatanku untuk berkeluarga, masih ingin melanglang buana, mengganti masa muda dulu yang hanya berkutat dengan buku dan belajar.

Setelah pelayanan medis terjeda, aku mempersilahkan perawat memanggil pasien berikutnya. Seorang lelaki paruh baya. Terlihat bersih dan tampan meski rambut telah dihiasi warna perak. Di belakang seorang perempuan cantik mendorong kursi rodanya. Aku tersenyum ramah yang dibalas oleh dua orang tersebut. Tak lupa menyapa, dan mempersilakan duduk pada wanita muda itu. Sangat cantik, bak bidadari, ketika ia duduk barulah terlihat setelan yang ia kenakan. Rok mini memperlihatkan kedua kakinya yang jenjang. Ia pun duduk dengan menyilangkan kaki. Atasan baju tanpa lengan dengan warna yang lebih cerah dibanding roknya. Aku terpesona, untuk beberapa saat terpana. Untung saja perawat meletakkan rekam medis di hadapanku. Aku pun tersentak. Perhatianku teralihkan.

Beberapa menit aku luangkan membaca rekam medis yang telah diletakkan perawat di depanku. Di situ tertulis bahwa pasien menderita osteoarthritis akibat faktor usia. Kali ini kunjungan yang kedua. Pemeriksaan rutin atas reaksi obat atau terapi yang akan dilakukan.

Pemeriksaan berlangsung dengan beberapa kali aku melirik dan mengerling pada perempuan cantik tersebut. Mata yang teduh itu terpejam seakan membentuk garis sejajar ketika tersenyum, manis sekali. Apakah aku telah jatuh cinta pada pandangan pertama, entahlah. Padahal begitu banyak wanita yang kukenal tak kalah cantik dan memesona. Kali ini beda, ada debar dan gelenyar aneh menyapa. Bahkan rasa gugup ketika ruang konsultasi kami lakukan.

Si pasien minta pendapatnya jika beliau memilih berobat ke luar negeri saja. Aku memberikan pilihan bebas dan setuju saja. Perempuan yang mendampinginya mengangguk setuju, senyum lagi. Astaga, mematikan!

"Beruntung Bapak, memiliki anak gadis yang perhatian dan mau menemani berobat," ucapku menutup konsultasi dan kembali mengerling ke si glowing  di sebelahnya.

"Ini istri saya!" jawabnya dengan memasang wajah dingin dan bengis.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun