Entah mengapa Saya belum tertarik membuat artikel akan kondisi 'carut marut' 'acak kadul' politik di Indonesia. Terlalu banyak kepalsuan didalamnya, sehingga Saya masih memikirkan topik mana yang akan Saya angkat dalam tulisan Saya. Namun tidak memerlukan waktu yang lama bagi Saya untuk memutuskan 'Yak' ini yang akan Saya tulis. Sedikit preface mengenai diri Saya sebelum kita ke topik utama. Saya adalah seorang makhluk Tuhan yang mencintai segala ciptaanNya, termasuk binatang-binatang yang ada di dunia ini. Memang tidak semua binatang Saya berani pegang apalagi Saya peluk, haha. (Gak bisa ngebayangin gimana caranya Saya bisa meluk kuda nil ya?). Namun Saya menyukai bahkan memiliki beberapa binatang yang Saya idolakan dan sempat Saya pelihara, walau banyak tragedi didalamnya. Sebut saja, dulu Saya memiliki beruk 'female', dan entah apa karena Saya sok akrab dengannya, suatu hari dia sedang 'bad mood' dan tiba-tiba lengan Saya digigit (jangan ditanya sakit atau tidaknya). Pernah Saya dicakar seluruh paha sampai betis oleh kucing Saya sendiri (kucing liar yang masih dalam taraf berusaha dijinakkan). Oh ya, beruk yang Saya miliki didapat dari ayah Saya yang berkunjung ke Bali dan mendapatinya tak berdaya setelah ditembak pemburu di salah satu matanya (sadly but true she's blind). Masih banyak cerita unik persahabatan Saya dengan binatang peliharaan dirumah kami dulu (kucing, beruk, burung, hamster, dan ayam). Kapan-kapan Saya ceritakan detail kekonyolannya. Tapi kali ini bahasan cukup serius akan Saya paparkan. Mungkin sebagian dari kita sudah mengetahui kondisi rumah atau 'istana' para binatang langka yang ada di Surabaya. Mengapa Saya katakan istana? Karena seharusnya mereka memang merasakan disanalah mereka bernaung dan diperlakukan selayaknya binatang dengan baik dan tetap penuh hormat (binatang juga berhak kita hormati bukan?). Bayangkan betapa tersiksanya mereka ketika semua lahan tempat mereka bermukim, bermain, dan berkumpul dengan sesamanya mulai hilang dan tergerus akan indahnya area 'perumahan' atau lahan 'bisnis' lainnya. Jika mereka bisa berbicara dan teriak, pasti mereka sudah melakukan demo besar-besaran disini. (Saya membayangkan jerapah, kuda, buaya, harimau, dll berkumpul di depan bundaran HI dan melakukan demo, ah, konyol sekali imajinasi kelas teri Saya ini, hehe). Sekali lagi, mereka tetap menjalani kehidupan yang ada dengan segala 'keterpaksaan' dan 'keikhlasan' dengan kekurangan yang ada. Sebuah artikel di harian nasional kita menyatakan bahwa kebun binatang Surabaya adalah istana 'terburuk' bagi para binatang di dunia. Berikut linknya : http://www.solopos.com/2013/12/28/kebun-binatang-surabaya-terkejam-di-dunia-477823 Alangkah malunya Saya membaca artikel tersebut, andaikata berisi dusta didalamnya, maka akan Saya tanyakan detail kebenarannya, namun that's the fact. All of us agree if it's true, we have the worst zoo in the world. Sungguh bukan sebuah reputasi yang membanggakan, sebaliknya memalukan dan menyedihkan. Sebuah kabar menyebutkan bahwa seekor harimau bernama 'Michael' tewas tergantung di kandangnya. Jelas ini merupakan 'SABOTASE' alias 'PEMBUNUHAN'!. Mana mungkin seekor Michael tiba-tiba terlintas dalam pikirannya untuk bunuh diri, tentu tidak. Bahkan dalam benak mereka, perutlah yang menjadi pikiran utamanya. Saat ada mayat manusia ditemukan, semua jajaran sibuk dan memang diharuskan mencari sebab dan pelaku kejadian (jika memang indikasinya adalah pembunuhan). Namun saat binatang langka ini mati? Apakah yang terjadi? Saling adu argumen dan mencari pembenaran masing-masing pihak. Sedih Saya melihatnya... Gambar pertama adalah kondisi harimau di kebun binatang Surabaya. Dan yang dibawah ini adalah kondisi harimau di S'pore Zoo. Lihatlah perbedaan nyatanya:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H