Mohon tunggu...
Megawati Syahril
Megawati Syahril Mohon Tunggu... profesional -

A happy wife --- Alena's mommy --- A lecturer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Binatang Mencari 'Suaka'

5 Februari 2014   20:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:07 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Entah mengapa Saya belum tertarik membuat artikel akan kondisi 'carut marut' 'acak kadul' politik di Indonesia. Terlalu banyak kepalsuan didalamnya, sehingga Saya masih memikirkan topik mana yang akan Saya angkat dalam tulisan Saya. Namun tidak memerlukan waktu yang lama bagi Saya untuk memutuskan 'Yak' ini yang akan Saya tulis. Sedikit preface mengenai diri Saya sebelum kita ke topik utama. Saya adalah seorang makhluk Tuhan yang mencintai segala ciptaanNya, termasuk binatang-binatang yang ada di dunia ini. Memang tidak semua binatang Saya berani pegang apalagi Saya peluk, haha. (Gak bisa ngebayangin gimana caranya Saya bisa meluk kuda nil ya?). Namun Saya menyukai bahkan memiliki beberapa binatang yang Saya idolakan dan sempat Saya pelihara, walau banyak tragedi didalamnya. Sebut saja, dulu Saya memiliki beruk 'female', dan entah apa karena Saya sok akrab dengannya, suatu hari dia sedang 'bad mood' dan tiba-tiba lengan Saya digigit (jangan ditanya sakit atau tidaknya). Pernah Saya dicakar seluruh paha sampai betis oleh kucing Saya sendiri (kucing liar yang masih dalam taraf berusaha dijinakkan). Oh ya, beruk yang Saya miliki didapat dari ayah Saya yang berkunjung ke Bali dan mendapatinya tak berdaya setelah ditembak pemburu di salah satu matanya (sadly but true she's blind). Masih banyak cerita unik persahabatan Saya dengan binatang peliharaan dirumah kami dulu (kucing, beruk, burung, hamster, dan ayam). Kapan-kapan Saya ceritakan detail kekonyolannya. Tapi kali ini bahasan cukup serius akan Saya paparkan. Mungkin sebagian dari kita sudah mengetahui kondisi rumah atau 'istana' para binatang langka yang ada di Surabaya. Mengapa Saya katakan istana? Karena seharusnya mereka memang merasakan disanalah mereka bernaung dan diperlakukan selayaknya binatang dengan baik dan tetap penuh hormat (binatang juga berhak kita hormati bukan?). Bayangkan betapa tersiksanya mereka ketika semua lahan tempat mereka bermukim, bermain, dan berkumpul dengan sesamanya mulai hilang dan tergerus akan indahnya area 'perumahan' atau lahan 'bisnis' lainnya. Jika mereka bisa berbicara dan teriak, pasti mereka sudah melakukan demo besar-besaran disini. (Saya membayangkan jerapah, kuda, buaya, harimau, dll berkumpul di depan bundaran HI dan melakukan demo, ah, konyol sekali imajinasi kelas teri Saya ini, hehe). Sekali lagi, mereka tetap menjalani kehidupan yang ada dengan segala 'keterpaksaan' dan 'keikhlasan' dengan kekurangan yang ada. Sebuah artikel di harian nasional kita menyatakan bahwa kebun binatang Surabaya adalah istana 'terburuk' bagi para binatang di dunia. Berikut linknya : http://www.solopos.com/2013/12/28/kebun-binatang-surabaya-terkejam-di-dunia-477823 Alangkah malunya Saya membaca artikel tersebut, andaikata berisi dusta didalamnya, maka akan Saya tanyakan detail kebenarannya, namun that's the fact. All of us agree if it's true, we have the worst zoo in the world. Sungguh bukan sebuah reputasi yang membanggakan, sebaliknya memalukan dan menyedihkan. Sebuah kabar menyebutkan bahwa seekor harimau bernama 'Michael' tewas tergantung di kandangnya. Jelas ini merupakan 'SABOTASE' alias 'PEMBUNUHAN'!. Mana mungkin seekor Michael tiba-tiba terlintas dalam pikirannya untuk bunuh diri, tentu tidak. Bahkan dalam benak mereka, perutlah yang menjadi pikiran utamanya. Saat ada mayat manusia ditemukan, semua jajaran sibuk dan memang diharuskan mencari sebab dan pelaku kejadian (jika memang indikasinya adalah pembunuhan). Namun saat binatang langka ini mati? Apakah yang terjadi? Saling adu argumen dan mencari pembenaran masing-masing pihak. Sedih Saya melihatnya... Gambar pertama adalah kondisi harimau di kebun binatang Surabaya. Dan yang dibawah ini adalah kondisi harimau di S'pore Zoo. Lihatlah perbedaan nyatanya:

13916060071700676369
13916060071700676369
Bukan Saya mau berburuk sangka atas kejadian ini. Namun jelas semua masyarakat yang mengikuti kasus ini tahu, bahwa ada 'pembunuh' dalam kejadian ini. Siapapun atau apapun itu Saya tidak tahu, walau berhembus desas-desus jika ada pengusaha yang ingin membangun hotel dan restoran di kawasan yang memang terletak 'strategis' itu. Jika ada pihak yang membaca tulisan Saya dan merupakan pihak yang berhubungan dengan kejadian sabotase kasus ini. Siapapun dan apapun kamu," tolong jangan seenaknya dan jangan jadi manusia rendah yang egois. Walaupun mereka binatang, mereka berhak tinggal di 'istana' mereka, mereka berhak memiliki kehidupan yang layak, mereka berhak menikmati alam ini dengan segala kesempitan yang mereka dapatkan, sekali lagi mereka berhak hidup". (Entah mengapa Saya mulai menangis). Kesel hati Saya. Selesaikanlah masalah yang ada secara fair dan manusiawi, jangan kau korbankan binatang tak berdaya sebagai senjata ancamanmu, sungguh perbuatan yang teramat keji dan luar biasa pintarnya. Mengutip sebuah cerita sahabat nabi yang berkata, "Adalah dua ekor serigala yang lapar yang dilepaskan ke sekawanan domba, tidak lebih berbahaya dari kerakusan manusia kepada harta kekayaan dan kesenangan berlebihan. Serigala hanya akan memangsa sebatas kapasitas lambungnya". Jadi jangan heran jika Sayapun menulis 'ketika binatang mencari suaka', they really need it... Ket : Gambar diambil dari www.travlang.com dan www.solopos.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun