Sebuah pertanyaan yang akan Saya berikan pada Anda semua. Apakah Anda sangat lengket dengan gadget Anda? Setiap Anda pergi dan melakukan segala aktivitas gadget tersebut tidak pernah lepas dari Anda? Bahkan saat Anda tidur, dia akan menjadi tambahan pasangan bantal maupun guling Anda?. Jika jawaban dari semua pertanyaan Saya adalah 'ya'. Maka boleh Saya katakan Anda seorang gadget addict. Tidak salah memang jika kita membutuhkan gadget sebagai pelengkap kegiatan hidup sehari-hari, jelas sekali banyak manfaat yang didapat dari kepemilikan gadget atau dalam hal ini Saya katakan 'smart phone' saja ya. Segala informasi dapat kita keruk dengan mudah dan cepat. Pekerjaan menjadi lebih mudah, jarak yang jauh dengan sahabat maupun orang yang kita sayang dapat diatasi dengan kehadirannya, walau sesekali kalau memakai skype dari Indonesia ke Luar Negeri sering sekali terjadi keterlambatan, gak heran kadang muka kita gak bergerak di layar, haha. Keliling dunia bukan menjadi halangan bagi kita. Semua bisa didapat dengan kecanggihan smart phone. Ibarat dua sisi mata uang, yang tidak bisa dipisahkan sisi kanan maupun kirinya. Gadget memberikan 2 efek akibat penggunaannya ; positif dan negatif. Kali ini Saya tidak akan mengulik sisi baiknya dari gadget atau smart phone yang marak di pasaran, tentu Anda semua sudah mengetahui itu secara pasti. Sisi sebaliknya yang mendorong Saya membuat artikel ini. Sisi dimana terlupakan dan nyaris dianggap tidak penting untuk dibahas, karena asiknya ber gadget membuat kita terbuai dengan kenyamanannya, bahkan mempengaruhi sifat, kepribadian, bahkan mood kita. Sosok yang ceria dan selalu penuh semangat, akan mendadak cemberut kayak krupuk kena air disaat smart phonenya rusak. Sosok yang pendiam akan semakin tenggelam oleh lamunan saat gadget kesayangannya hang error gak karuan, dan yang harus kita hindari adalah jangan sampai anak cucu kita sangat bergantung kepada barang yang satu ini. Jangan sampai anak kita menjadi malas bermain diluar dan enggan pergi ke kebun binatang, hanya karena keasyikan dengan gadgetnya. Sedih dan miris jika Saya membayangkan Saya mengajak anak Saya jalan ke museum misalnya dan dia menolak dengan berkata "Malas Mi, aku dirumah aja, ini seri ke-8nya game XXXXXX udah keluar. Mami pergi sama Papi aja deh". JLEB!. Atau melihat pemandangan di mall, dimana si Ibu asik dengan BBnya dan sang Ayah asik dengan Iphonenya, serta anak-anaknya asik dengan 'smart phone atau PSPnya'. Lengkap sudah! Dilema memang jika kita tidak mengikuti perkembangan teknologi yang ada dan anak dianggap 'cupu atau kudep' alias kurang update oleh teman-temannya. Sebagai orang tua tentu kita ingin selalu membahagiakan anak tercinta, memberinya segala yang bisa diberi, duniapun akan kita berikan kepada anak kita bukan?, namun kita harus menjadi orang tua yang bijak demi kebaikan pada anak kita kelak. Berikut beberapa hal yang Saya terapkan kepada anak Saya terkait penggunaan gadget untuknya (hal ini juga meliputi pemilihan tontonan di TV baginya):
- Berikan batas waktu maksimal penggunaan gadget serta tontonan bagi anak kita. Kita tidak ingin melihat anak kita kesulitan berlari di usia kanak-kanaknya karena harus memegangi kacamata atau anak kita berkata, "Mi, soft lense nya jatuh". 30 menit merupakan waktu maksimal baginya, jelas penggunaan gadget dan menonton TV yang terlalu lama akan melelahkan matanya. Jika ia menolak, ajak dia dengan kegiatan yang ia sukai, agar ia tidak merasa jika Anda 'jahat' padanya. Biasanya Saya akan mengajak anak Saya berkeliling komplek rumah dengan mendorong sepedanya (anak Saya belum bisa naik sepeda sendiri)
- Awasi penggunaan smart phone yang dipakai anak kita. Jangan sampai kita kecolongan 'racun' dengan bacaan atau tontonan yang belum pantas dilihat anak kita. Akan lebih baik jika kita ikut serta dalam kegiatan ini (jangan kitanya asik sendiri dengan gadget kita ya, hehe)
- Berikan disiplin dalam penerapan penggunaannya. Tentunya kita tidak mau anak kita menganggap ibunya sosok yang bisa 'disogok' bukan?. Jika memang saatnya ia tidur siang, maka tetap terapkan aturan tersebut. Saya sangat percaya dengan kalimat, 'disiplin cerminan pribadi seseorang'. Anak Saya beberapa kalipun menangis, bahkan sampai acting 'guling-guling' di lantai jika Saya mengharuskannya 'tidur siang', namun rule must go on, baby. Angkat dan berikan pelukan hangat padanya, katakan padanya 'mereka tidak akan kemana-mana, saatnya berpelukan dan dengarkan dongeng indah Mami sebelum tidur'. Alhamdulillah yang satu ini obat mujarab buat Alena.
Well, itulah tiga hal yang cukup penting bagi Saya dalam penerapan penggunaan gadget bagi anak Saya. Tentunya hal ini juga Saya terapkan dalam diri Saya. Sayapun masih berusaha mengurangi penggunaan dan ketergantungan terhadap alat ini. Saya tidak ingin momen tumbuh anak Saya hilang, lenyap gak berbekas karena asiknya Saya dengan gadget. Lebih indah dan bermakna menghabiskan waktu sore dengan membersihkan halaman rumah atau mendorong sepeda biru anak Saya, (Priceless!) dibanding 'kepo' dengan gadget sendiri bukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H